Translate !!

Minggu, 02 Februari 2014

Perkembangan Islam Pada Masa Klasik


Makalah
Perkembangan Islam Pada Masa Klasik (Keemasan)
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam






Di susun oleh : Kelompok 3
                        
                         Nama Anggota :     Ai Ida Farida
                                                          Galih Tresna Permana
                                                          Ita Permata Sari
                                                          Nela Nurfalah
                                                          Rima Maulana Fajrin M
                                                          Risti Husniawati
                                                          Siti Ani Romdiani
                                                          Ulfah Nurul M
                                Kelas       : XII – IPA 1

MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 2 CIAMIS
Jl.Yos Sudarso Nomor 53 Tlp.(0265)771432 Ciamis 46211


Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr Wb.
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia - Nya sebagai penulis kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik, meski tidak sempurna.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada pemimpin kita semua yakni Nabi yang paling akhir di utus oleh Allah SWT untuk menjadi saksi pembawa gembira bagi hamba-hamba Nya yang shaleh dan kabar duka untuk umat yang durhaka. Rasulullah yang memanggil seluruh umat ke jalan Allah SWT dan pelita yang menerangi seluruh alam semesta yakni habibana wanabiyyana Muhammad SAW.
Makalah ini saya susun untuk melengkapi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yaitu pembahasan tentang Perkembangan Islam Pada Masa Klsaik (Keemasan).
Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada:
1.      Guru mata Sejarah Kebudayaan Islam yang telah memberikan kesempatan dan kepercayaannya kepada kami untuk membuat makalah ini.
2.      Rekan-rekan siswa kelas XII IPA 1 yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
3.      Dan kepada semua pihak yang ikut serta dalam menyelesaikan makalah ini.
Kritik membangun mengenai isi makalah ini kami harapkan dan semoga Allah SWT selalu melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya untuk kita semua, amin ya robbal ‘alamin. Akhir kata mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat bagi saya sebagai penulis dan bagi siapa saja yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Wr Wb


                                                                                                                        Penulis,




                                                                                                                                 













                                                            
A.                KEKHALIFAHAN BANI UMAYYAH
1.      Sejarah Berdirinya Bani Umayah
Pengertian kata Bani menurut bahasa berarti anak, anak cucu atau keturunan. Dengan demikian yang dimaksud Bani Umayah adalah anak, anak cucu atau keturunan Bani Umayah bin Abdu Syams dari satu keluarga. Kata Dinasti berarti keturunan raja-raja yang memerintah dan semuanya berasal dari satu keturunan. Dengan demikian, Dinasti Umayah adalah keturunan raja-raja yang memerintah yang berasal dari Bani Umayah.
Adapun istilah lain yang sering digunakan adalah kata Daulah, yang berarti kekuasaan, pemerintahan, atau negara. Dengan kata lain, Daulah Bani Umayah adalah negara yang diperintah oleh Dinasti Umayah yang raja-rajanya berasal dari Bani Umayah.
Bani Umayyah atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahan Islam pertama setelah
masa Khulafa’ ar-Rasyidin yang memerintah. Dinasti Bani Umayyah didirikan oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun 41H/661 M di Damaskus dan berlangsung hingga pada tahun 132 H/750 M. Muawiyah bin Abu Shofyan adalah seorang politisi handal di mana pengalaman politiknya sebagai Gubernur Syam pada zaman Khalifah Ustman bin Affan cukup mengantarkan dirinya mampu mengambil alih kekusaan dari genggaman keluarga Ali Bin Abi Thalib. Tepatnya setelah Hasan bin Ali menyerahkan kursi kekhalifahan secara resmi kepada Muawiyah bin Abu Sofyan dalam peristiwa Ammul Jama’ah dengan syarat
1.      Muawiyah menjaga nama baik Ali bin Abi Thalib dan keluarganya.
2.      Menjaga keselamatan Hasan dan keluarganya.
3.      Setelah Muawiyah wafat, kekhalifahan diserahkan kepada kaum muslimin.
4.      Pajak Tanah di negeri ahwaz diserahkan kepada Hasan dan setiap tahun muawiyah wajib menyerahkan 2 juta dirham kepada Husein, adik Hasan.
Namun Hasan bin Ali menyerahkan jabatan kekhalifahan ini kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan dalam rangka mendamaikan kaum muslimin yang pada masa itu sedang dilanda bermacam fitnah yang dimulai sejak terbunuhnya Utsman bin Affan, pertempuran Shiffin, perang Jamal dan penghianatan dari orang-orang Khawarij dan Syi'ah, dan terakhir terbunuhnya Ali bin Abi Thalib.
Muawiyah bin Abu Sofyan dinyatakan sebagai pendiri Dinasti Bani Umayah. Dan Nama Umayah diambil dari kakek Muawiyah yaitu Umayyah bin ‘Abdu asy-Syams.Secara geneologis (garis keturunan) Muawiyah bin Abi Sofyan bertemu dengan silsilah keluarga Nabi Muhammad SAW pada Abdul Manaf. Keluarga Nabi Muhammad SAW dikenal dengan sebutan Bani Hasyim, sedangkan keluarga Umayah disebut dengan Bani Umayyah.
 Dilihat dari sejarahnya Bani Umayah memang begitu kental dengan kekuasaannya, terutama pada masa zaman jahiliyah. Dalam setiap persaingan, ternyata Bani Umayah selalu lebih unggul dibandingkan keluarga Bani Hasyim. Hal ini disebabkan Bani Umayah memiliki unsur-unsur sebagai berikut:
1.      Umayah berasal dari keturunan keluarga bangsawan
2.      Umayah memiliki harta yang cukup
3.      Umayah memiliki 10 anak yang terhormat dan menjadi pemimpin di masyarakat, di antaranya Harb, Sufyan, dan Abu Sufyan.
Sebagaimana yang disebut-sebut dalam sejarah, bahwa Abu Sofyan merupakan pemimpin pasukan Quraisy melawan Nabi Muhammad SAW pada Perang Badar Kubra. Keluarga Bani Umayah masuk Islam ketika terjadi Fathul Makkah pada tahun ke-8 H. Abu Sofyan diberi kehormatan untuk mengumumkan pengamanan Nabi SAW, yang salah satunya adalah barang siapa masuk ke dalam rumahnya maka amanlah dia, masuk kedalam Masjidil Haram dan rumahnya Nabi SAW maka dia juga akan merasa aman. Dengan ini banyak kaum dari kalangan Bani Umayah yang berduyun-duyun untuk masuk Islam dan menyebarkan Islam keberbagai wilayah.
Masa Kekhilafahan Bani Umayyah hanya berumur 90 tahun yaitu dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah bin Abi Sufyan-, dimana pemerintahan yang bersifat Islamiyyah dan demokratis berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun temurun)
              Suksesi kepemimpinan secara turun temurun dimulai ketika Muawiyah bin Abu Sufyan, mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia terhadap anaknya, Yazid bin Muawiyah. Muawiyah bin Abu Sufyan bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Dia memang tetap menggunakan istilah khalifah, namun dia memberikan interprestasi baru dari kata-kata itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebutnya “khalifah Allah” dalam pengertian “penguasa” yang diangkat oleh Allah.
2.      Nama-nama Khalifah Dinasti Bani Umayah
            Nama-nama kholifah Bani Umayah yang berkuasa selama kurang lebih 91 tahun, terdiri dari empat belas khalifah, yaitu:
1.      Muawiyah bin Abi Sofyan (41-60 H/661-680 M)
2.      Yazid bin Muawiyah (60-64 H/680-683 M)
3.      Muawiyah bin Yazid (64-64H/683-683 M)
4.      Marwan bin Hakam (64-65 H/683-685 M)
5.      Abdul Malik bin Marwan (65-86 H/685-705 M)
6.      Al-Walid bin Abdul Malik (86-96 H/705-715 M)
7.      Sulaiman bin Abdul Malik (96-99 H/715-716 M)
8.      Umar bin Abdul Aziz (99-101 H/716-720 M)
9.      Yazid bin Abdul Malik (101-105 H/720-724 M)
10.     Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/ 724-743 M)
11.     Walid bin Yazid (125-126 H/743-744 M)
12.     Yazid bin Walid (126-127 H/744-744 M)
13.     Ibrahim bin Walid (127-127 H/ 744-745 M)
14.     Marwan bin Muhammad (127-132 H/745-750 M)
Di antara 14 orang khalifah Bani Umayah yang berkuasa selama lebih kurang 90 tahun, terdapat beberapa orang khalifah yang dianggap berhasil dalam menjalankan roda pemerintahan. Adapun nama-nama khalifah Bani Umayah yang menonjol karena prestasinya adalah:
1.         Khalifah Muawiyah bin Abu Sofyan
2.         Khalifah Abdul Malik bin Marwan
3.         Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik
4.         Khalifah Umar bin Abdul Aziz
5.         Khalifah Hisyam bin Abdul Malik

3.      Perkembangan Peradaban Islam Masa Bani Umayyah
a.    Perkembangan Organisasi Negara dan Susunan Pemerintahan
1.      An Nidhamus Siyasi
Dalam bidang organisasi politik ini telah mengalami beberapa perubahan, dibandingkan dengan masa permulaan Islam. Perubahan yang sangat prinsip dalam beberapa hal seperti yang diuraikan di bawah ini:
a.       Kekuasaan
Perebutan kekuasaan oleh Muawiyah bin Abi Sofyan telah mengakibatkan terjadinya perubahan dalam peraturan yang  menjadi dasar pemilihan Khulafaur Rasyidir, Maka dengan demikian jabatan khalifah beralih ke tangan raja satu keluarga, yang memerintah dengan kekuatan pedang, politik dan tipu daya (diplomasi). Penyelewengan semakin jauh setelah Muawiyah mengangkat anaknya Yazid menjadi putra mahkota, yang dengan demikian berarti beralihnya organisasi khalifah yang berdiri atas dasar Syura dan bersendikan agama kepada organisasi AI Mulk (kerajaan) yang tegak atas dasar keturunan serta bersandar terutama kepada politik dari pada kepada agama.
b.      Al Kitabah
         Seperti halnya pada masa permulaan Islam, maka dalam masa Daulah Umayah dibentuk semacam Dewan Sekretariat Negara yang mengurus berbagai urusan pemerintahan. Karena dalam masa itu urusan pemerintahan telah menjadi lebih banyak, maka ditetapkan lima orang sekretaris yaitu;
1)      Katib Ar RasaiI (Sekretaris Urusan Persuratan)
2)      Katib At Kharrd (Sekretaris Urusan Pajak atau Keuangan)
3)      Katib Asy Syumah (Sekretaris Urusan Kepolisian)
4)      Katib Al Qadhi (Sekretaris Urusan Kehakiman)
        Diantara para sekretaris itu, Katib Ar Rasillah yang paling penting, sehingga para khalifah tidak akan memberi jabatan itu, kecuali kepada kaum kerabat atau orang-orang tertentu.
Diantara para kuttab yang paling terkenal selama Daulah Umayah ialah:
1)             Zaiyad bin Abihi, sekretaris Abu Musa Ai Asy'ary
2)             Salim, sekretaris Hisyam bin Abdul Malik
3)             Abdul Hamid, sekretaris Marwan bin Muhammad
c.        Al Hijabah
            Pada masa Daulah Umayah, diadakan satu jabatan baru yang bernama Al Hijabah, yaitu urusan pengawalan keselamatan khalifah. Mungkin karena khawatir akan terulang peristiwa pembunuhan terhadap Ali dan percobaan pembunuhan terhadap Muawiyah dan Amru bin Ash, maka diadakanlah penjagaan yang ketat sekali terhadap diri khalifah, sehingga siapapun tidak dapat menghadap sebelum mendapat izin dari para pengawal (hujiab).
            Kepala pengawalan keselamatan khalifah adalah jabatan yang sangat tinggi dalam istana kerajaan, waktu khalifah Abdul Malik bin Marwan melantik kepala pengawalnya, antara lain dia memberi amanat, "Engkau telah kuangkat menjadi kepala pengawalku. Siapapun tidak boleh masuk menghadap tanpa izinmu, kecuali muezzin, pengantar pos dan pengurus dapur".
2.      An Nidhamul Idari
            Organisasi tata usaha Negara pada permulaan Islam sangat sederhana, tidak diadakan pembidangan usaha yang khusus. Demikian pula keadaannya pada masa Daulah Bani Umayah, administrasi Negara sangat simpel.
            Pada umumnya, di daerah-daerah Islam bekas daerah Romawi dan Persia, administrasi pemerintahan dibiarkan terus berlaku seperti yang telah ada, kecuali diadakan perubahan-perubahan kecil.
a.       Ad Dawawin          
        Untuk mengurus tata usaha pemerintahan, maka Daulah Umayah mengadakan empat buah dewan atau kantor pusat, yaitu:
1)     Diwanul Kharraj
2)      Diwanur Rasail
3)      Giwanul Mustagtalat al Mutanawi'ah
4)     Diwanul Khatim, dewan ini sangat penting karena tugasnya mengurus surat-surat
         Lamaran raja, menyiarkannya, menstempel, membungkus dengan kain dan dibalut
         dengan lilin  kemudian diatasnya dicap.
b.      Al lmarah Alat Baldan
        Daulah Umayah membagi daerah Mamlakah. lslamiyah kepada lima wilayah besar, yaitu:
1)      Hijaz, Yaman dan Nejed (pedalaman jazirah Arab)
2)     Irak Arab dan Irak Ajam, Aman dan Bahrain, Karman dan Sajistan, Kahul dan Khurasan,
        negeri-negeri di belakang sungai (Ma Wara'a Nahri) dan Sind serta sebagian negeri Punjab
3)     Mesir can Sudan
4)      Armenia. Azerbaijan, dan Asia Kecil
5)      Afrika Utara, Libia, Andalusia, Sisilia, Sardinia dan Balyar
6)    Untuk tiap wilayah besar ini, diangkat seorang Amirul Umara (Gubernur Jenderal) yang dibawah kekuasaannya ada beberapa orang amir (gubernur) yang mengepalai satu wilayah.
            Dalam rangka pelaksanaan kesatuan politik bagi negeri-negeri Arab, maka khalifah Umar mengangkat para gubenur jenderal yang berasal dari orang­-orang Arab Politik ini dijalankan terus oleh khalifah-khalifah sesudahnya, termasuk para khalifah Daulah Umayah
c.       Barid
         Organisasi pos diadakan dalam tata usaha Negara Islam semenjak Muawiyah bin Abi Sofyan memegang jabatan khalifah. Setelah khalifah Abdul Malik bin Marwan berkuasa maka diadakan dalam organisasi non, sehingga ia menjadi alat yang sangat vital dalam administrasi Negara.
d.      Syurthah      .           `
        Organisasi Syurthah (kepolisian) dilanjutkan terus dalam masa Daulah Umayah, bahkan disempurnakan. Pada mulanya organisasi kepolisian ini menjadi bagian dari organisasi kehakiman, yang bertugas melakukan perintah hakim dan keputusan-keputusan pengadilan dan kepalanya sebagai pelaksana Al Hudud.
        Tidak lama kemudian makan, organisasi kepolisian  dan berpisah dan berdiri sendiri, dengan tugas mengawasi dan mengurus soal-soal kejahatan.
Khalifah Hisyam memasukkan dalam organisasi kepolisian satu badan yang bernama Nidhamul Ahdus dengan tugas hampir serupa dengan tugas tentara yaitu semacam brigade mobil.
3.      An N-dhamul Mali
        Yaitu organisasi keuangan atau ekonomi, bahwa sumber uang masuk pada zaman Daulah Umayah pada umumnya seperti di zaman permulaan Islam
a.       Al Dhaxaib
          Yaitu suatu kewajiban yang harus dibayar oleh warga Negara (Al Dharaib) pada zaman Dauuh Umayah dan sudah berlaku kewajiban ini di zaman permulaan Islam. Kepada penduduk dari negeri-negeri yang baru ditaklukan. Terutama yang belum masuk Islam,  ditetapkan pajak-pajak istimewa. Sikap yang begini yang telah memberikan perlawanan pada beberapa daerah.
b.      Masharif Bitul Mal
         Yaitu saluran uang keluar masa Daulah Umayah, pada umumnya sama seperti pada umumnya Islam yaitu untuk:
1)      Gaji para pegawai dan tentara serta biaya tatausaha negara
2)      Pembangunan pertanian, termasuk irigasi dan penggalian terusan-terusan
3)      Biaya orang-orang hukuman dan tawanan perang
4)      Biaya perlengkapan perang
5)      Hadiah-hadiah kepada para pujangga dan para ulama
         Kecuali itu, para khalifah Umayah menyediakan dana khusus untuk dinas rahasia, sedangkan gaji tentara ditingkatkan sedemikian rupa, demi untuk menjalankan politik tangan besinya.
4. An-Nizamul Harbi  (organisasi pertahanan)
            Organisasi pertahanan pada masa Daulah Bani Ummayah hampir sama seperti yang telah dibuat oleh Khalifah Umar, hanya saja lebih disempurnakan. Bedanya, jika pada waktu Khulafaur Rasyidin, tentang Islam adalah tentara sukarela. Sedangkan pada zaman Daulah Bani Umyyah,orang masuk tentara kebanyakan karena terpaksa. Mereka dikenakan wajib militer berdasarkan Nizamut Tajnidil Ijbarl  , yaitu undang-undang wajib militer.
            Politik ketentaraan pada masa Banin Ummayah, yaitu politik yang berorientasi  Arab dimana anggota tentara haruslah terdiri atas orang-orang Arab atau imam Arab.
            Organisasi tentara pada masa ini banyak menconth organisasi tentara Persia. Setelah Muawiyah memegang kendali  negara Islam, dibangunlah armada Islam yang kuat dengan tujuan :
a.       Mempertahankan daerah-daerah Islam dari serangan armada Romawi dan
b.      Memperluas dakwah islami.
Muawiyah membentuk armada musim panas dan armada musim dingin sehingga ia sanggup untuk melaksanakan dakwah dalam segala musim. Armada dakwah ini juga mampu bertempur jika dakwah islamiah dihalang-halangi oleh pihak musuh.
5.  An-Nizamul Qadai  ( Oraganisasi Kehakiman)
                  Pada masa dinasti Bani Umayah ini pengadilan dipisahkan dengan kekuasan politik. Kehakiman pada masa ini mempunyai dua cirri kahasnya, yaitu:
1.            Bahwa seorang Qadhi (Hakim) memutuskan perkara denga ijtihadnya, karena pada
masa itu belum ada “Mazhab Yang Empat” ataupun mazhab-mazhab lainnya. Pada masa ini para Qadhi menggali hukum sendiri dari Al-Qur’an dan Sunnah dengan berijtihad.
2.            Kehakiman belum terpengaruh dengan politik. Karena para Qadhi bebas merdeka
dengan hukumnya, tidak terpengaruh pada kehendak orang besar yang berkuasa. Mereka bebas bertindak, dan keputusan mereka berlaku atas penguasa dan petugas pajak.  
Kekuasaan kehakiman di zaman ini dibagi menjadi tiga badan, yaitu:
1.     Al-Qadha’ atau qadhi, yang tugasnya menyelesaikan perkara-perkara yang berhubungan dengan agama.
2.     Al-Hisbah,di mana tugas al-Muhtasib (kepala hisbah) adalah menyelesaikan perkara-perkara umum dan soal-soal pidana yang memerlukan waktu yang cepat.
3.     An-Nadhar fi Mudlalim yaitu mahkamah tertinggi atau mahkamah banding yang biasanya mengadili para hakim dan paara pembesar yang bersalah. Pengadilan ini bersidang di bawah pimpinan Khalifah sendiri atau orang yang ditunjuk olehnya.
6. An- Nazimul fil Mazalim
            Yaitu pengadilan tertinggi, yang bertugas menerima banding dari pengadilan yang ada dibawahnya dan mengadili para hakim dan para pembesar tinggi yang bersalah dan bersidang dibawah pimpinan Khalifah sendiri atau orang yan ditunjuk Khalifah.
            Khalifah Abdul Malik bin Marwan adalah khalifah yang pertama kali mangadakannya, satu hari saja dalam semingu dan diadakan dalam masjid.
            Katua Mahkamah Mazalimdibantu oleh lima orang pejabat lainnya, dimana sidang Mahkamah itu tidak sah tanpa mereka. Yaitu:
a.       Para pengawal yang kuat-kuat, yang sigap bertindak jika para terpidana lari atau berbuat sesuatu yang membahayakan.
b.      Para hakim yang  qadi.
c.       Para sarjan hukum (fukaha) tempat para hakim meminta pendapat tentang hukum
d.      Para penulis yang bertugas mencatat segala hal ketika sidang berjalan.
e.       Para saksi.
Bidang Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan
Ilmu pengetahuan dan kebudayaan mendapat tempat di hati para penguasa Daulah Umayyah.
kota Basrah dan Kufah dijadikan sebagai pusat kegiatan ilmiah. Cabang-cabang pengetahuan berkembang dengan pesat di era ini, seperti sejarah, tata bahasa, geografi, arsitektur, dan berbagai pengetahuan lainnya. Perkembangan ilmu pengetahuan ditandai dengan munculnya ilmuwan-ilmuwan di berbagai disiplin ilmu.
            Khlifah Umar bin Abdul Aziz, sering mengundang para ulama dan fukaha ke istana untuk mengkaji ilmu dalam berbagai majelis. Ulama-ulama yang muncul pada waktu itu antara lain Hasan al-Basri, Ibnu Zihab al-Zuhri dan Wasil bin Ata’.
            Pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, bahasa Arab digunakan sebagai bahasa administrasi negara. Hal itu mendorong lahirnya seorang bangsawan yang bernama Sibawaih. Ia mengarang sebuah buku yang berisi pokok-pokok kaidah bahasa Arab yang berjudul al-Kitab yang terkenal hingga saat ini.
            Pada zaman Khalifah Khalid bin Yazid dan Umar bin Abdul Aziz, pengembangan ilmu pengetahuan mendapay perhatian besar sehinnga pada masa ini tumbuhlah gerakan-gerakan yang berusaha mengembangkan pengetahuan, seperti :
1.      Gerakan ilmu agama
2.      Gerakan filsafat
3.      Gerakan sejarah
Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Daulah Bani Umayyah di antaranya :
1.      Bidang Pendidikan
a.       Ilmu agama ( al-ulumul Diniyyah) yang meliputi :
1.      Ilmu qira’at (ilmu mebaca al-qur’an)
2.      Ilmu tafsir
3.      Ilmu hadis
4.      Ilmu nahwu dan sharaf
5.      Ilmu tarikh
b.      Ilmu pengetahuan umum (al-ulumul addakhilyyah) yang meliputi: 
1.      Ilmu kimia
2.      Ilmu kedokteran
3.      Ilmu bumi
4.      Ilmu astronomi
2.      Bidang Seni :
a.       Seni rupa
Seni rupa yang berkembang adalah seni ukir dan pahat. Saat itu banyak ayat
 Al- Qur’an dan Hadis Nabi yang diukir di tembok masjid serta istana raja.
b.      Seni suara
Seni suara yang berkembang antara lain : qira’atul Qur’an dan qasidah.
3.      Bidang Sastra
Bidang kesusastraan mengalami kemajuan. Hal itu ditandai dengan munculnya
            sastrawan-sastrawan seperti :
a.       Qays bin Mulawah, termasyhur denga sebutan dengan sebutan Laila Majnun (wafat   649 M)
b.       Jamil Al-Uzri (wafat tahun 701 M)
c.        Al-Akhtal ( wafat tahun 710 M)
d.      Umar Bin Abi Rubi’ah (wafat tahun 719 M)
e.       Al-Farazdaq  (wafat tahun 732 M)
f.       Ibnu Al-Muqoffa  (wafat tahun 756 M)
g.      Ibnu Jarir  (wafat tahun 792 M)
4.      Seni Arsitektur
Pembangunan fisik pada masa Daulah Bani Umayyah juga mendapat perhatian yang
besar. Usaha yang dilakukan oleh Daulah Bani umayyah dalam kaitannya dengan pelestarian bangunan bersejarah antara lain :
a.       Mengubah gereja St. Jhon di Damaskus menjadi masjid
b.      Merenovasi Masjid Nabawi
c.       Membangun Istana Qusayr Amrah dan Istana al-Mustafa yang digunakan sebagai tempat peristirahatan di padang pasir.
Peninggalan-peninggalan tersebut menunjukan bukti bahwa pada masa Daulah Bani
Umayyah umat Islam sudah mencapai tingkat peradaban yang tinggi.Masjid dijadikan sebagai sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan agama maupun umum. Guru-guru yang mengajar agama diantaranya : Abdullah bin Abbas, Rabi’ah, Hasan Basri, Ja’far as-Shidiq, dan yang lainnya. Mereka mengajar di berbagai kota seluruh negeri. Ubaid bin Syaryah pengarang kitab Kitabul Amsal, secara garis besar mengelompokan ilmu pengetahuan menjadi :
a.    Al –Adabul Hadisah (ilmu-ilmu baru) yang terdiri atas :
1.    Al-Ulummul ‘ilmiah : yaitu ilmu Al-Qur’an, hafis, fikih, tarikh dan geografi.
2.    Al-Ulumul dakhliyyah seperti ilmu kedokteran, filosofi, ilmu pasti dan ilmu eksakta lainnya.
b.    Al-Adabul qadimah (imu-ilmu lama) seperti ilmu bahasa, syair, kitabah, dan amsal.
C. Latar Belakang Runtuhnya Kekhalifahan Umayyah
            Pemerintah Daulah Bani Umayyah terdiri dari atas 14 khalifah dan di antaranya ada lima khalifah yang menonjol yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan, Abdul Malik bin Marwan, Al-Walid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz, dan Hisyam bin Abdul Malik. Setelah meninggalnya khalifah Hisyam bin Abdul Malik yang di tandai pertikian keluarga keadaan internal Bani Umayyah pada waktu itu sulit di selamatkan dari kehancuran.
            Ada banyak faktor yang melatarbelakangi runtuhnya kekhalifahan Bani Umayyah di Spanyol setelah berkuasa selama kurang lebih 90 tahun. Diantaranya yaitu :
a. Faktor dalam negeri :
1.Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan
2.Tidak adanya idiologi pemersatu
3.Para penguasa islam cukup puas dengan menerima upeti dan tidak melakukan islamisasi
   dengan sempurna.
b. Faktor dari luar :
1.Timbulnya semangat orang-orang eropa untuk menguasai kembali andalusia
2.Konflik islam dan kristen
3.Kesulitan ekonomi
4.Bangkinya kekuatan kelompok bani abbasiah
5. Di berlakukanya diskriminasi di dalam tatanan masyarakat
‘’ orang muslim  yang menyinari bangsa di spanyol selama berabad abad yang membawa kemajuan yang luar biasa, kini tenggelam dalam kegelapan setelah mereka mengusir islam secara total, bagaikan bangsa yang selama ini menelorkan emas, maka berhenti telur emas. Yang di maksud adallah kejayaan , kemajuan, peradaban dan pembangunan moril dan materi. Islam memberi status eropa yang gelap menjadi maju, setelah islam lenyap bersama itu kemajuan dan pencerahan tenggelam pula dalam kegelapan.
4. Ibrah perkembangan kebudayaan/peradaban islam masa Bani Umayyah
            Yang menjadi pembelajaran berharga dari perkembangan kebudayaan pada masa Daulah Bani Umayyah ini adalah
1.    Keuletan dan semangat para ulama dalam mencari dan menggali serta mengembangkan ilmu pengetahuan.
2.    Ketekunan para ulama dalam melakukan ijtihad ( sebuah usaha yang sungguh-sungguh) dan keikhlasan para pemimpin yang tanpa pamrih memperjuangkan dan memajukan islam.
5. Sejarah Berdirinya Daulah Bani Abbasiyah
            Sekitar awal abad ke-8 (720 M), kebencian terhadap pemarintah Dinasti Bani Umayyah telah tersebar luas. Kelompok-kelompok yang merasa tidak puas bemunculan antara lain :
a.       Kelompok muslim non Arab (malawi) yang memprotes kedudukan mereka sebagai warga kelas dua di bawah warga muslim Arab.
b.      Kelompok Syiah dan Khawarij.
c.       Kelompok muslim arab di Mekah, Madinah, dan Irak
d.      Kelompok muslim yang saleh, baik Arab maupun non Arab.
            Kelompok kelompok tersebut membentuk suatu kekuatan gabungan yang di koordinasi Al-Abbas, paman Nabi Muhamad SAW. Sementara khalifah pertama Abdullah As-Shaffah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib.
            Peluang emas yang di miliki Bani Abbasiyah untuk merebut pemerintahan Bani Umayyah itu terjadi pada masa khalifah marwan bin muhammad (127-132H/745-750) yakni khalifah bani umayyah terakhir. Tiga kota yang di jadikan sebagai pusat kegiatan perencanaan, yaitu:
a.Humaymah sebagai pusat perencanaan organisasi
b.Kuffah sebagai kota penghubung
c.Khurasan sebagai pusat gerakan praktis
Langkah-langkah bani abbas untuk mendirikan Bani Abbasiyah adalah :
a. membuat gerakan bawah tanah, dengan tokohnya antara lain :
1) Muhammad Al-Abbas
2) Ibrahim Ai-Iman
3) Abu Muslim Al-Khurasani
4) Abu Abbas As-Saffah
5) Abu Ja’far Al-Mansur
b. menerapkan politik bersahbat, artinya turunan abbas tidak memperlihatkan sikap
    bermusuhan dengan Bani Umayyah.
c.menggunakan Bani Hasyim (ahlul bait)
d.menetapkan Khurusan sebagai pusat kegiatan gerakan Bani Abbas yang di pimpin oleh abu
   muslim Al-Khurasani.
            Strategi tersebut berhasil menghimpun kekuatan besar. Dalam perjuanganya melemahkan bani umayyah, bani abbasiyah menerapkan cara kepemimpinan yang bersifat kolektif namun tertutup dengan gerakan bawah tanah.
            Pada tahun 132 H/750 M berkuasalah daulah bani abbasiyah menggatikan daulah bani umayyah yang telah hancur di damaskus.
6. Sisilah Bani Abbasiyah
 Dari keturunan hasyim lahir keluarga abbas  yang di sebut abbasiyah dan keluar di sebut alawiyyin.




























7. Peta Daerah Perkembanga Islam
            Dinasti Abbasiyah menjadikan Bagdad sbagai pusat pemerintahan. Pada masa pemerintah khalifah Al-Mahdi, wilayah dakwah islam semakin di perluas hingga ke wilayah timur Asia tengah dari perbatasan India sampai ke China. Serangan yang di lancarkan oleh penguasa Byzantium dapat di tangkis oleh pasukan islam pada masa pemerintahan khalifah Abu Ja’far Al-Mansyur pada tahun 138 H. Kemudian pada masa khalifah Al-Mahdi tahun 165 H. Pasukan islam memasuki selat Bosporus, sehinnga membuat Ratu Irene menyerah dan berjanji membayar pajak.
            Pada masa pemerintah Daulah Bani Abbasiyah, wilayah dakwah islam semakin luas dan di teruskan oleh Bani Umayyah antara lain ke:
a.       Hijaz
b.      Mesir
c.       Yaman Utara dan Selatan
d.      Tunisia
e.       Oman
f.       Al-Jazair
g.      Kuwait
h.      Maroko
i.        Iran(Persia)
j.        Yordania
k.      Afganistan
l.        Palestina
m.    Pakistan
n.      Libanon
            Walaupun daerah tersebut belum sepenuhnya di dakwahi Bani Umayyah, namun pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah perluasan dan daerah penyiaran islam semakin berkembang sampai Turki,Armenia, dan daerah di sekitar Kaspia sekarang termasuk Rusia. Wilayah bagian Barat India Dan Asia Tengah serta perbatasan China sebelah barat.
            Dalam sistim pemerintahnya, Daulah Bani Umayyah sangat fanatik terhadap keturunan Arab, akan tetapi Daulah Bani Abbasiyah lebih bersifat demokratis, meskipun tampak dalam puncak masih tetap berada dalam tangan orang atau keturunan Arab. Dalam bidang-bidang lain, bisa di pegang oleh orang-orang persia atau turki. Hal ini di sebabkan karena para penguasa dalam menjalankan roda pemerintahan lebih mengutamakan pembangunan terhapdap wilayah yang di kuasainya dari pada memikirkan hal-hal yang hanya dapat menguntungkan orang-orang atau kelompok tertentu saja.
            Dengan cara tersebut para penguasa Abbasiyah dapat melakukan hubungan dengan wakil-wakilnya yang berada jauh dari pusat pemerintahan bagdad. Terutama untuk menjalankan kebijakan pemerintah dalam pembangunan di daerah-daerahnya.


8. Hubungan dengan Kerajaan di Luar Bani Abbasiyah
            Pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah, menjalin hubungan dengan kerajaan Islam di Andalusia yang dikuasai oleh Abdurrahman ad-Dakhil dan para penguasa dari keturunan Bani Umayyah.Dengan begitu, daerah dakwahan Islam menjadi lebih luas.

9. Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Bani Abbasiyah
a. Kemajuan Kebudayaan
            Pemerintahan Bani Abbasiyah merupakan masa kejayaan Islam dalam berbagai bidang, khususnya bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan.Pada masa itu, proses pengalihan ilmu pengetahuan dilakukan dengan cara penerjemahan berbagai buku karangan bangsa – bangsa terdahulu, seperti bangsa Yunani, Romawi, dan Persia, serta sumber dari berbagai naskah yang ada di kawasan Timur Tengah dan Afrika seperti Mesopotamia dan Mesir.
            Pada masa Bani Abbasiyah wilayah pemerintaha islam meluas sampai ke Spanyol Barat dan India Timur. Selama beberapa ratus tahun, banyak orang – orang non Islam yang masuk islam karena tertarik dengan kemajuan islam. Contohnya penduduk Mesir,Suriah ,Palestina, dll. Pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid dan Khalifah al-Makmun, peradaban islam mencapai masa keemasannya.
b. Kemajuan Teknologi dan Militer
            Perkembangan politik dan militer Bani Abbasiyah terbagi ke dalam lima periode. Selama kurang lebih lima stengah abad, pemerintah Bani Abbasiyah dipimpin oleh 37 orang khalifah.
1.    Periode Pertama
Periode ini berlangsung antara tahun 132 – 232 H / 750 – 847 M, yakni sejak pada masa Abu Abbas as – Saffah sampai pemerintahan ke Sembilan al-Watsiq. Periode ini disebut juga periode pengaruh Persia pertama. Hal ini disebabkan pemerintahan Bani Abbbasiyah banyak dipengaruhi oleh keluarga dari bangsa Persia yaitu keluarga Barmak
Tegaknya pemerintahan dan Negara bisa terwujud dengan dukungan balatentara dan sistem kemiliteran yang kuat.Khalifah dinasti Abbasiyah pada periode pertama adalah :
a.    Abu Abbas as – Saffah (132-136 H / 750 – 754 M )
b.    Abu Ja`far al – Mansur (136-158 H / 754 – 775 M )
c.    Muhammad al – Mahdi (158-169 H / 775 – 785 M )
d.   Musa al – Hadi (169-170 H / 785 – 786 M )
e.    Harun ar – Rasyid (170-193 H / 786 – 809 M )
f.     Abdullah al – Amin (193 – 198 H / 809 – 813 M )
g.    Al – Ma`mun ( 198 – 218 H / 813 – 833 M )
h.    Al – Mu`tashim Billah ( 218 – 227 H / 833 – 842 M )
i.      Abu Ja`far al – Watsiq ( 227 H – 232 H / 842 – 847 M )
Periode pertama menjadi massa keemasan dan kejayaan Daulah Bani Abbasiyah yaitu pada masa Khalifah al Mahdi hingga Khalifah al Watsiq.  Untuk mengukuhkan eksistensi kekhalifahan Daulah Bani Abbasiyyah, maka Abu Abbas menerapkan kebijkan – kebijakan yang cukup tegas, kebajikan itu adalah memusnahkan anggota keluarga Daulah Bani Umayyah serta menggunakan suatu agen rahasia yang berfungsi untuk mengawasi gerak – gerik keturunan Bani Umayyah.
Kebijakan al – Watsiq yang paling menentukan adalah dengan mengangkat seorang
perwira Turki bernama Asyam sebagai wakilnya.
2.     Periode Kedua
Periode ini dimulai tahun 232 H – 334 H / 847 – 946 M yakni sejak Khalifah al – Mutawakkil sampai berdirinya Bani Buwaihiyah di Baghdad. Periode ini disebut peeriode pengaruh Turki Pertama. Disebut demikian, karena tentara Turki menjadi tentara Daulah Bani Abbasiyah yang sangat mendominasi pemerintahan.
Khalifah Daulah Bani Abbasiyah pada periode kedua adalah :
a.         Al – Mutawakkil ( 232- 247 H / 847 – 861 M )
b.         Al – Muntashir ( 247 – 248 H / 861 – 862 M )
c.         Al – Mustain ( 248 – 252 H / 862 – 866 M )
d.        Al -  Mu`tazz ( 252 – 255 H / 866 – 869 M )
e.         Al – Muhtadi ( 255 – 256 H / 869 – 870 M )
f.          Al – Mu`tamid ( 256 – 279 H / 870 – 892 M )
g.         Al – Mu`tadhid ( 279 – 289 H / 892 – 902 M )
h.         Al – Muktafi (289 – 295 H / 902 – 908 M )
i.           Al – Muqtadir ( 295 – 302 H / 908 – 932 M )
j.           Al – Qahir ( 320 – 323 H / 932 – 9334 M )
k.         Ar – Radhi ( 323 – 329 H / 934 – 940 M )
l.           Al – Muttaqi ( 329 – 333 H / 940 -  945 M )
m.       Al – Mustakfi (332 – 334 H / 945 – 946 M )
Pada masa ini khalifah hanya menjadi simbol di istana Baghdad. Orang – orang Turki berbuat sekehendak hatinya bahkan ikut campur tangan dalam pergantian khalifah. Mulai periode kedua sampai periode keempat, peran politik khalifah bisa dikatakan hilang. Mereka hanya menjadi simbol keagamaan bagi para pejabat Negara dengan member konfirmasi keagamaan bagi setiap kebijakan yang mereka ambil.
Pada saat periode ini terjadi pemberontakkan internal tentara Turki. Dari tiga belas khalifah pada periode ini, hanya empat orang yang wafat dengan wajar, selebihnya mereka digulingkan dengan paksa atau dibunuh.
3.    Periode Ketiga
Periode ini dimulai tahun 334 – 464 H / 946 – 1075 M, yakni sejak berdirinya Daulah Buwaihiyah sampai masuknya Saljuk ke Bsghdad. Periode ini disebut juga periode pengaruh Persia kedua. Disebut demikian karena pada waktu itu sebuah golongan dari bangsa Persia berperan penting dalam pemerintahan Dinasti Abbasiyah, yaitu Dinasti Buwaihiyah.
Posisi Daulah Abbasiyah yang berada di bawah kekuasaan Bani Buwaihi merupakan ciri utama dari periode ketiga ini. Keadaan khalifah lebih buruk daripada di masa sebelumnya karena Bani Buwaihi menganut aliran Syiah. Akibatnya kedudukan khalifah tidak lebih sebagai pegawai yang diperintah dan diberi gaji.Selama Bani Buwaihi berkuasa di Baghdad, telah terjadi beberapa kali bentrokan sosial aliran ahlu sunah dan Syiah dan pemberontakan tentara.
Khalifah Dinasti Abbasiyah pada periode ketiga adalah :
a.    Al – Muhti (334 – 363 H / 946 – 974 M)
b.    Ath – Tho`I (363 – 381 H / 974 – 991 M)
c.    Al – Qadir (381 – 422 H / 991 – 1031 M)
d.   Al – Qa`im Billah (422 – 467 H / 1031 – 1075 M)
Pada masa ini, kondisi politik sering tidak stabil. Hal ini disebabkan adanya perebutan jabatan “Amir al-Umara” di antara para penguasa Dinasti Buwaihiyah. Pada masa itu, para khalifah bahkan kehilangan legitimasi keagamaanya. Posisi mereka sebagai khatib salat Jumat diserahkan kepada orang – orang Dinasti Buwaihiyah. Hal itu disebabkan Dinasti Buwaihiyah menganut aliran Syiah, sedangkan Dinasti Abbasiyah menganut aliran Sunni.
4.    Periode Keempat
Periode ini dimulai tahun 464 – 623 H / 1075 – 1225 M, yakni sejak masuknya Dinasti Saljuk di Baghdad. Periode ini disebut juga pengaruh bangsa Turki kedua. Disebut demikian karena pada waktu itu golongan dari bangsa Turki berperan penting dalam pemerintahan Dinasti Abbasiyah, yakni Dinasti Saljuk.
Khalifah Dinasti Abbasiyah pada periode keempat adalah sebagai berikut :
a.    Al – Muqtadi (467 – 487 H / 1075 – 1094 M)
b.    Al – Mustazhir (487 – 512 H / 1094 – 1118 M)
c.    Al – Mustarsyid (512 – 529 H / 1118 – 1135 M)
d.   Al – Rasyid (529 – 530 H / 1135 – 1136 M)
e.    Al – Muktafi (530 – 555 H / 1136 – 1160 M)
f.     Al – Mustanjid (555 – 566 H / 1160 – 1170 M)
g.    Al – Mustadhi (566 – 575 H / 1170 – 1180M)
h.    An – Nashir (575 – 623 H/ 1180 – 1225 M)
Pada masa pemerintahannya, Khalifah An – Nashir berhasil membentuk tentara yang kuat. Pada masa pemerintahannya ini piila, Dinasti Saljuk mengalami kehancuran. Mereka dihancurkan oleh Khawarizm Syah pada tahun 1195 M. Setelah itu, para khalifah Dinasti Abbasiyah memiliki kekuasaan penuh dalam bidang politik dan keagamaan. Hanya saja wilayah pemerintahannya tidak sebesar masa sebelumnya, yakni hanya meliputi wilayah Irak dan sekitarnya.
5.    Periode Kelima
Periode ini dimulai tahun 623 – 656 H / 1225 – 1258 M dan tidak dipengaruhi lagi oleh pihak manapun. Akan tetapi, kekuatan politiknya semakin melemah dan akhirnya runtuh pada tahun 1258 karena serangan dari Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan.
Khalifah Dinasti Abbasiyah pada periode kelima adalah :
a.    Az – Zahir (622 – 623 H / 1225 1226 M)
b.    Al – Mustanshir (623 – 640 H / 1226 – 1242 M)
c.    Al – Mu`tashim (640 – 656 H / 1242 – 1258 M)
Pada saat terjadi serangan dari Mongolia Khalifah Al – Mu`tashim dan keluarganya dibunuh. Kota Baghdad dan berbagai peninggalannya dihancurkan.Dengaan demikian, berakhilrah Daulah Bani Abbasiyah. Kekuatan politik dan militernya yang begitu unggul pada masa sebelumnya lenyap saat itu juga.
Faktor – faktor yang membuat Daulah Abbasiyah menjadi lemah dan kemudian hancur dapat dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern yaitu adanya persaingan tidak sehat diantara beberapa bangsa yang terhimpun dalam Daulah Abbasiyah,terutama Arab, Persia dan Turki. Kedua terjadinya perselisihan pendapat diantara kelompok pemikiran agama yang ada, yang berkembang menjadi pertumpahan darah.Ketiga, munculnya dinasti – dinasti kecil sebagai akibat perpecahan sosial yang berkepanjangan, Keempat, terjadinya kemerosotan tingkat perekonomian sebagai akibat dari bentrokan politik.
Sedangkan faktor ekstern yaitu berlangsungnya Perang Salib yang berkepanjangan dalam beberapa gelombang. Dan yang paling menentukan adalah adanya serangan dari tentaara Mongol dan Tartar yang dipimpin oleh HUlagu Khan dan berhasil menjarah seua pusat ilmu dan kekuasaan di Baghdad.
c. Kemajuan Ilmu Pendidikan
            Abad X Masehi disebut abad pembangunan dunia Islam, di mana dunia Islam mulai dari daerah di Spanyol sampai ke Multan di Pakistan, mengalami pembengunan di berbagai bidang, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Dorongan ini menyebabkan terciptanya ilmu-ilmu pengetahuan dalam lapangan agama (ilmu naqli). Dorongan dari agama ditambah lagi pengaruh dari perbendaharaan Yunani menimbulkan dorongan untuk munculnya berbagai ilmu pengetahuan di bidang akal (akal).
Sistem Sosial
Sistem sosial pada Dinasti Abbasiyah merupakan sambungan dari dinasti sebelumnya yaitu dinasti Umayyah. Pada masa dinasti Abbasiyah ini terjadi perubahan yang sangat signifikan di antaranya adalah:
1.       Tampilnya kelompok Mawali khusunya pada pemerintahan Irak, yang menduduki peran danposisi penting di pemerintahan.
2.         Kerajaan Islam dinasti Abbasiyah tersusun dari beberapa unsur bangsa yang berbeda-beda.
3.       Perkawinan campur dan melahirkan anak dari unsur campur darah.
4.       Terjadinya pertukaran pendapat, cerita, pikiran sehingga muncul kebudayaan baru.
5.       Perbudakan.
            Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti islam yang sempat membawa kejayaan umat islam pada masanya. Zaman keemasan islam dicapai pada masa dinasti-dinasti ini berkuasa.Pada masa ini pula umat islam banyak melakukan kajian kritis terhadap ilmu pengetahuan. Akibatnya pada masa ini banyak para ilmuan dan cendikiawan bermunculan sehinnnngga membuat ilmu pengetahuan menjadi maju pesat.
            Popularitas daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Ma’mum (813-833 M). Kekayaan yang dimanfaatkan Harun Arrasyid untuk keperluan sosial, rumah sakit, lembaga pendidikan, dokter, dan farmasi didirikan, Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekittar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun.
            Tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya.pada masa inilah Negara islam menempatkan dirinya sebagai Negara terkuat dan tak tertandingi. Al- Ma’mun pengganti Al- Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu. Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakan, untuk menerjemahkan buku-buku Yunani, ia mengkaji penerjemah-penerjemah dari golongan kristen dan penganut golongan lain yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Bait Al- Hikmah, pusat penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar dan menjadi perpustakaan umum dan diberi nama ”Darul Ilmi” yang berisi buku-buku yang tidak terdapat di perpustakaan lainnya.
            Pada masa Al-Ma’mun Bagdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan, kekota inilah para pencari ilmu datang berduyun-duyun, dan pada masa ini pula kota Bagdad dapat memancarkan sinar kebudayaan dan peradaban islam keberbagai penjuru dunia.
            Diantara bangunan-bangunan atau sarana untuk penndidikan pada masa Abbasiyah yaitu:
1.      Madrasah yang terkenal ketika itu adalah madrasah Annidzamiyah, yang didirikan oleh seorang perdana menteri bernama Nidzamul Muluk (456-486 M) dan guru besarnya Imam Ghazali.
2.      Kuttab, yakni tempat belajar bagi para siswa sekolah dasar dan menengah.
3.      Majlis Munadharah, tempat pertemuan para pujangga, ilmuan, para ulama, cendikiawan dan para filosof dalam menyeminarkan dan mengkaji ilmu yang mereka geluti.
4.       Darul Hikmah, gedung perpustakaan pusat.
Adapun bukti – tentang berkembangnya pendidikan, seperti :
  1. Lembaga-lembaga Pendidikan.
a.   Lembaga-lembaga pendidikan sebelum madrasah
1.    Suffah
      Pada masa Rasulullah SAW, suffah adalah suatu tempat yang dipakai untuk aktivitas pendidikan biasanya tempat ini menyediakan pemondokan bagi pendatang baru dan mereka yang tergolong miskin disini para siswa diajari membaca dan menghafal al-qur’an secara benar dan hukum islam dibawah bimbingan langsung dari Nabi, dalam perkembangan berikutnya, sekolah shuffah juga menawarkan pelajaran dasar-dasar menghitung, kedokteran, astronomi, geneologi dan ilmu filsafat.
2. Kuttab atau maktab.
     Kuttab atau maktab adalah tempat untuk menulis atau tempat dimana dilangsungkan kegiatan tulis menulis.
3. Halaqah.
     Halaqah artinya lingkaran. Artinya proses belajar mengajar disini dilaksanakan dimana murid dan meringkari gurunya. Kegiatan di halaqah ini tidak khusus untuk megajarkan atau mendiskusikan ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan umum, termasuk filsafat.
5.      Majlis.
Majlis berarti sesi dimana aktivitas pengajaran atau berlangsung.Seiring dengan perkembangan pengetahuan dalam islam, majlis digunakan sebagai kegiatan transfer ilmu pengetahuan sebagai majlis banyak ragamnya, menurut Muniruddin Ahmad ada 7 (tujuh) macam majlis, sebagai berikut:
a. Majlis al-hadits
b. Majlis al-tadris
c. Majlis al-manazharah
d. Majlis muzakarah
e. Majlis al-syu’ara
f. Majlis al-adab
g. Majlis al-fatwa dan al-nazar
6. Mesjid
     Kurikulum pendidikan dimasjid biasanya merupakan tumpuan pemerintah untuk
memperoleh pejabat-penjabat pemerintah, seperti, qodhi, khotib dan iman masjid.
7. Khan.
Khan biasanya difungsikan sebagai penyimpanan barang-barang dalam jumlah besar atau
sebagai sarana komersial yang memiliki banyak toko, seperti, khan al narsi yang berlokasi di alun-alun karkh di bagdad.
8.  Ribarth.
     Ribath adalah tempat kegiatan kaum sufi yang ingin menjauhkan diri dari kehidupan duniawi dan mengkonsentrasikan diri untuk semata-mata ibadah.
8. Rumah – Ulama.
     Para ulama dizaman klasik banyak yang mempergunakan rumahnya secara ikhlas untuk kegiatan belajar mengajar dan pengembangan ilmu pengetahuan.
9. Toko-toko buku dan perpustakaan.
     Toko-toko buku memiliki peranan penting dalam kegiatan keilmuan islam, pada awalnya memang hanya manjual buku-buku, tetapi berikutnya menjadi sarana untuk berdiskusi dan berdebat, bahkan pertemuan rutin sering dirancang dan dilaksanakan disitu.
     Disamping tokobuku, perpustakan juga memilki peranan penting dalam kegiatan transfer keilmuan islam.
10. Rumah sakit.
     Rumah sakit pada zaman klasik bukan saja berfungsi sebagai tempat merawat dan mengobati orang-orang sakit, tetapi juga mendidik tenaga-tenaga yang berhungan dengan perawatan dan pengobatan. Pada masa itu, percabaan dalam bidang kedokteran dan obat-oibatan dilaksanakan sehingga ilmu kedoteran dan obat-obatan cukup pesat.
Rumah sakit juga merupan tempat praktikum sekolah kedoteran yang didirikan diluar rumah sakit, rumah sakit juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan .
11. Badiah (padang pasir, dusun tempat tinggal badui)
     Oleh karena itu badiah-badiah menjadi pusat untuk pelajaran bahasa arab yang asli dan murni. Sehingga banyak anak-anak khulifah, ulama-ulama dan para ahli ilmu pengetahuan pergi kebadiah-badiah dalam rangka mempelajari bahasa dan kesusastraan arab
b. Madrasah
1.  Sejarah dan motivasi pendirian madrasah
Beberapa paradigma dapat digunakan dalam memandang sejarah dan motivasi pendirian
madrasah. Paling tidak ada 3 teori tentang timbulnya madrasah:
a.    Madrasah selalu dikaitkan dengan nama nidzam al-mulk (W. 485 H/1092 M), salah seorang wajir dinasti saljuk sejak 456 H/1068 M sampai dengan wafatnya, dengan usahanya membangun madrasah nizhamiyah diberbagai kota utama daerah kekuasaan saljuk begituh dominannya peran nidzam al-mulk adalah orang pertama yang membangun madrasah.
b.    Menurut al-makrizi, ia berasumsi bahwa madrasah pertama adalah madrasah nizhamiyah yang didirikan tahun 457 H.
c.    Madrasah sudah eksis semenjak awal islam seperti bait al-hikmah yang didirikan Al-Makmun di Bagdad abad ke-3 H.
            Lahirnya lembaga pendidikan formal dalam bentuk madrasah merupakan pengembangan
dari sistem pengajaran dan pendidikan yang pada awalnya berlangsung di mesjid-mesjid.Dengan berdirinya madrasah, maka pendidikan islam mesasuki periode baru. Yaitu pendidikan menjadi fungsi bagi negara dan madrasah-madrasah dilembagakan untuk tujuan pendidikan .
2.    Berdirinya kota – kota pendidikan. Seperti Mekah, Madinah, Kufah, Damaskus, hijaz, Khairawan, Irak, Mesir dan lain – lain.
3.    Berkembangnya ilmu naqli
Ilmu naqli adalah ilmu yang bersumber dari naqli (Al-quran dan hadits) yaitu berhubungan dengan Islam. Yang termasuk ke dalam ilmu naqli adalah:
a.       Ilmu tafsir
b.      Ilmu hadits
c.       Ilmu kalam
d.      Ilmu tasawuf
e.       Ilmu bahasa
f.       Ilmu fiqh
4.    Berkembangnya ilmu aqli
Ilmu aqli adalah ilmu yang didasarkan kepada pemikiran (rasio). Yang termasuk ke dalam Ilmu aqli adalah:
a.       Ilmu kedokteran
b.      Ilmu filsafat
c.       Ilmu optik
d.      Ilmu astronomi
e.       Ilmu hitung
f.       Ilmu kimia.

10.Faktor penyebab kemajuan peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah.
Kemajuan peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah disebabkan oleh dua Faktor, yaitu Faktor Internal Umat Islam dan Faktor Eksternal Umat Islam
1. Faktor Internal umat Islam
a. Pemahaman yang utuh terhadap semangat keilmuan yang diisyaratkan oleh al Qur’an (al  
         Qur’an banyak mengandung sinyal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi).
b. Para pembesar kerajaan memiliki perhatian yang tinggi terhadap pentingnya Ilmu
         Pengetahuan bagi kehidupan manusia. Hal tersebut ditunjukkan pada semangat dan
         pengkajian keilmuan dan penghargaan pemerintah terhadap pakar-pakar keilmuan.
c. Lahirnya berbagai pusat kajian dan analisa keilmuan serta pusat-pusat penterjemahan
         terhadap buku-buku asing yang dibiayai oleh pemerintah, tampa melihat bentuk dan
         perbedaan kajian keilmuan tersebut, misalnya Ilmu Agama (Fiqih, Tafsir dan Hadits).
         Umum (Kedokteran, Biologi dll) dan Filsafat
d. Umat Islam telah mengalami pendewasaan dan kematangan berfikir
2. Faktor Eksternal umat Islam
a. Tradisi keilmuwan telah berkembang lebih dulu di wilayah Persia, sehingga umat Islam
         tinggal mengembangkan dan menambah keunggulannya.
b. Umat islam melakukan adaptasi terhadap budaya asing terutama ilmu/Filsafat Yunani,
         diteruskan dengan proses menterjemahkan buku-buku asing tersebut.
c. Terjadinya gerakan translitasi (penterjemahan) oleh umat Islam pada kebudayaan atau hasil
         karya lain, terutama buku-buku hasil pemikiran Filosof Yunani.
d. Proses penterjemahan tersebut melahirkan kecenderungan baru dalam tradisi berfikir.
         Kalau pada masa pemerintahan Bani Umaiyah, pola berfikir umat di dominasi oleh
         pemikiran ke-agamaan dan dogmatik, maka pada masa pemerintahan Bani Abasiyah
         berkembang pemikir-an rasional-analitis.
e. Proses tranformasi keilmuan Islam terhadap keilmuan luar lebih di dorong oleh daya tarik   
         Filsafat, yang menurut umat Islam mempunyai sisi menarik dalam hal :
       · Ketelitian yang dimiliki oleh logika Aristoteles dan ilmu matematika yang 
              mengagumkan Islam.
       · Bahwa pada saat itu terjadi pertarungan pemikiran antara umat Islam dengan penganut    
              Islam baru yang masih mengikuti faham/filosofi agama sebelumnya, dan mereka
              menggunakan logika Filsafat, maka untuk menghadapi pertarungan pemikiran dengan
              diperlukan pemahaman yang baik mengenai logika tersebut.
       · Bercampurnya buku-buku keagamaan Yahudi dan Nasrani dalam Filsafat Yunani yang
              dianggap oleh umat Islam sebagai karya Filsafat Yunani.
       · Corak pembahasan keagamaan Filsafat Yunani dalam hal menerangkan konsep Tuhan
              Yang Esa dan mencapai kebahagiaan dilakukan dengan pendekatan dan peleburan diri
              kepada Tuhan dan pembersihan diri (Zuhud), sebagaimana yang dijelaskan dalam
              Filsafat ketuhanan (Theodocia) mereka.
       Para pencari ilmu yang berasal dari barat, mereka mentransfernya ke dalam tradisi ilmu pengetahuan mereka.Dengan demikian, ilmu pengetahuan yang telah maju di dunia islam diserap dan dikembangkan di dunia barat. Transfer ilmu pengetahuan ini terutama dalam bidang filsafat, sains dan sebagainya, masyarakat Barat mulai menemukan pencerahan.Dari sinilah bangsa Barat mengalami kemajuan pesat, hingga melampaui kemajuan ilmu pengetahuan dan sains yang pernah dikembangkan dunia islam.

11. Identifikasi Kebudayaan/Peradaban Pada Masa Bani Abbasiyah
            Faktor – faktor yang memperkuat Bani Abbasiyah adalah :
a.    Bani Abbasiyah cukup cerdas untuk belajar dari pengalaman, bahwa suatu Negara kuat dikarenakan militernya kuat, rakyat menjadi kuat karena mendapatkan pengayoman, ketenangan, ketentraman dan militer yang memang untuk membela rakyat.
b.    Militer yang dibangun Bani Abbasiyah dibangun untuk membesarkan rakyat dan  
  dibesarkan rakyat untuk tujuan kedaulatan rakyat
c.    Penguatan di bidang militer akan berdampak positif terhadap perkembangan ilmu
   pengetahuan, ekonomi, sosial dan kebudayaan.
d.   Kemajuan Bani Abbasiyah merupakan buah dari strategi politik yang dikembangkan
   dengan pendekatan bersama.
e.    Adanya penataan internal mulai dari khalifah sampai pimpinan di tingakat paling
   bawah untuk membulatkan satu tujuan bersama yaitu bersatu untuk memakmurkan
   dunia islam dan meninggikan kalimat Allah di muka bumi.
f.     Sistem politik dengan mengedepankan demokrasi atau musyawarah.
g.    Mengutamakan kedisiplinan, ketertiban dengan dasar kejujuran dan pengabdian yang
     dilaksanakan oleh semua pihak.
12. Pengaruh Peradaban Islam terhadap Dunia Barat
            Ilmu pengetahuan Islam masuk dan berkembang di daratan Eropa pada awalnya di wilayah Toledo, Cordoba, dan Sevilla. Mereka menerjemahkan karangan buku – buku Islam ke dalam bahasa Barat.
            Pengakuan para ahli dari Barat tentang pengaruh Islam terhadap dunia Barat di masa lalu, di antaranya adalah :
a.       Prof.Dr.Charles Singer (ahli sejarah sains, teknologi, dan kedokteran dari Inggris).”Di Barat ilmu astronomi dan kedokteran sebenarnya tidak ada, ilmu mengenal penyakit dilakukan dengan cara yang bukan – bukan, seperti dengan jengkalan jari, tumbuh-tumbuhan dan takhayul”
b.      Ibnu Tumlus (ahli ilmu ukur, ilmu perbintangan, ilmu musik dan aritmatika di Andalusia),”orang – orang Islam telah jauh melampaui kepandaian orang – orang Barat”
c.       Prof.H.A.R.Gibb (Mahaguru London University). “Sastra Barat itu berasal dari sastra Muslimin, tidak ada yang mempertengkarkan dan memperselihsihkannya.

C. MENGAMBIL ‘IBRAH DARI PERISTIWA MASA DAULAH UMAYYAH DAN BANI ABBASIYAH
1.    ‘Ibrah Dari Masa Daulah Umayyah
a)    Sesama muslim sehharusnya tidak mengalang kekuatan untuk saling melemahkan. Ajaran Islam sangat menjunjung tinggi asas musyawarah. Dengan demikian, seluruh elemen harus terwakili dalam musyawarah untuk kepentingan umat secara lebih luas, bukan untuk kepentingan golongannya apalagi hanya untuk kepentingan diri dan keluarganya.
b)   Umat Islam harus selalu berpegang pada ajaran Al-Qur’an dan sunah Rasulullah.
c)    Ketidakpuasan terhadap pemerintahan Daulah Umayyah yang lebih mementingakan kepentingan golongan mereka membuat rakyat berusaha untuk memberontak. Seorang pemimpin haruslah adil dan amanah agar mereka dapat menampung aspirasi rakyatnya.
2.    ‘Ibrah Dari Daulah Abbasiyah
Penyebab kemunduran Bani Abbasiyah antara lain :
a)        Perpecahan antarbangsa keturunan Arab dan bangsa non-Arab (‘Ajam);
b)        Perbedaan pendapat antar tradisi Muslim Arab dan Muslim non-Arab ;
c)         Sikap iri kaum Zimmy terhadap kemajuan Islam secara signifikan ;
d)        Keturunan Khalifah yang merasa berhak melanjutkan kekhalifahan, sedangkan rezim
baru tidak peduli dengan sistem keturunan.
e)        Munculnya beragan keagamaan seperti Syiah, Qaramithah, Ismailiyah, yang
melahirkan ideologi baru,
f)          Kehidupan keduniaan akibat kemajuan di segala bidang, melahirkan sifat konsumtif
dilingkungan keluarga khalifah.
g)        Kepemimpinan pada generasi kedua tidak cakap sebagaimana generasi sebelumnya;
h)        Adanya perang salib yang berlangsung selama dua abad, sehngga cukup melelahkan
militer Islam.
‘Ibrah yang dapat kita petik, diantaranya :
a)        Kita dapat meneladani pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah yang telah memberikan dampak posiif terhadap kehidupan umat Islam.
b)        Keterlibatan para khalifah yang memberikan motivasi kepada para ilmuwan untuk melakukan kajian ilmiyah dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan,
c)        Bersungguh-sungguh dalam meraih cita-cita pantang menyerah walaupun banyak hambatan,
d)       Bekerjasama dan saling menolong sesama umat dalam segala usaha,
e)        Selalu mengutamakan kepentingan agama,
f)         Hidup yang optimis, dinamis, inovatif, dan siap menerima kritik konstruktif,
g)        Punya pandangan hidup lebih baik yang berdasarkan pada norma susila, norma budaya, norma hukum, dan norma gama.
h)        Berani berjuang demi nusa, bangsa dan negara,
i)          Adanya keseimbangan antara sistem pemerintahan dan kekuatan rakyat,
j)          Kemajuan peradaban dan kebudayaan Bani Abbasiyah dapat menandingi dan mengalahkan kemajuan peradaban-peradaban sebelumnya,
k)        Secara menyeluruh, peradaban Bani Abbasiyah baik segi sosial, politik, ekonomi dan seni budaya mengalami kemajuan yang pesat dan banyak mendapat dukungan dari rakyat,
l)          Nilai kesungguhan dan kebersamaan Khalifah dalam memajukan negara untuk kepentingan umat yang dilandasi dengan keikhlasan para ilmuwan dan ulama perlu diteladani.
Adapun hikmah yang dapat diambil umat Islam atas peran ulama dan para ilmuwan, antara lain :
1)        Keistikamahan mereka dalam menegakkan Islam
2)        Para ulama benar-benar menegakkan dasar dan prinsip : ilmu amaliyah dan amal ilmiah, ilmu yang diamalkan dan amal yang berdasarkan ilmu,
3)        Keikhlasan mereka baik jiwa, raga, harta, dan waktu hanya satu, yaitu untuk kemajuan Islam dan mencari rida Allah SWT.

D.MENELADANI TOKOH-TOKOH YANG BERPRESTASI PADA PERIODE KLASIK
1. Bani Umayyah
Khalifah Umar Bin Abdul Aziz sering mengundang para ulama dan fukaha ke istana untuk mengkaji ilmu dalam berbagai majelis. Ulama-ulama yang muncul pada waktu antara lain Hasan Al-basri, Ibnu Syihabuddin al-Zuhri, dan Wasil bin Ata’.
Pada masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, bahasa Arab digunakan sebagai bahasa  negara. hal itu mendorong lahirnya seorang bangsawan yang bernama Sibawaih. Ia menulis sebuah buku yang berisi pokok-pokok kaidah bahasa arab yng berjudul al-kitab yang terkenal hingga saat ini.
Pada zaman KhalifahKhalid  bin Yazid dan Umar bin Abdul Aziz pengembangan ilmu pengetahuan mendapat perhatian yang besar, sehingga pada masa ini tumbuhlah gerakan-gerakan yang berusaha mengembangkan ilmu pengetahuan., seperti:
a.       Gerakan pengembangan ilmu agama
b.      Gerakan kajian ilmu-ilmu hadis
c.       Gerakan penulisan sejarah
Masjid dijadikan seb agai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan agama maupun umum. Guru-guru yang mengajar agama di antaranya; Abdullah bin Abbas, Rabi’ah, Hasan Basri, dan Ja’far As-Sidiq,. Mereka mengajar di berbagai kota di seluruh negeri.Ubaid bin Syaryah, penulis Kitabul Amsal,secara garis besar mengelompokkan ilmu pengetahuan menjadi:
Al-Adabul Hadisah (ilmu-ilmu baru) yang terdiri atas:
1). Al-Ulumul Ilmiah: yaitu ilmu Al-Quran,hadis,fiki,tarikh, dan geografi.
2). Al-Ulumud dakhliyyah seperti ilmu kedokteran, filosofi, dan ilmu pasti serta ilmu eksakta lainnya.
3). Al-Adabul Qadimah (ilmu-ilmu lama) seperti ilmu lugah, syair, khitabah, dan amisal.

2. Bani Abbasiyah
Pada zaman pemerintahan Bani Abbasiyah, proses pengalihan ilmu pengetahuan dilakukan dengan cara penerjemahan berbagai buku karangan  bangsa-bangsa terdahulu, seperti buku-buku karya bangsa Yunani,Romawi, dan Persia, seta sumber dari berbagai naskah yang ada di kawasan Timur Tengah dan Afrika seperti Mesopotania da Mesir.
Perkembangan kebudayaan Islam berjalan seiring dengan penyebaran ajaran Islam. Pada masa Bani Abbasiyah wilayah pemerintahan Islam meluas sampai ke Spanyol Barat dan India Timur. Untuk masa beberapa ratus tahun banyak orang-orang non-Islam yanbg masuk islam karena tertarik dengan kemajuan dan kerapian Islam. Contohnya adalah Produk Mesir, Suriah, Palestina, Persia, Aljazair, Maroko, Libya, Tunisia, dan Spanyol.
Beberapa bangsa yang terarabkan itu banyak yang sudah lupa akan bahasa dan kebudayaan mereka sendiri. Pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid dan Khalifah al-Makmun, peradaban islam mencapai masa keemasannya.
Pada masa pemerintahan Bani Abbasiyyah wilayah-wilayah yang telah mendapat ajaran islam mengalami kemajuan yang cukup pesat, sementara wilayah lain yang belum mendapat ajaran islam, peradabannya masis terbelakang. Khalifah Harun Ar-Rasyid (170-193 H/786-809 M) adalah pendiri perpustakaan pusat di baghdad, Irak. Dengan kemajuan perpustakaan tersebut pada zaman it, umat Islam telah banyak melakukan kajian kritis tentang ilmu pengetahuan, sehingga ilmu pengetahuan , sehingga ilmu pengetahuan baik aqli (rasional) ataupun naqli (berdasarkan teks Al-Quran dan hadits) mengalami kemajuan pesat.   
Pada masa pemerintahan khalifah Al-Makmun, buku-buku ilmu pengetahuan dan filsafat dari berbagai bahasa diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Dengan demikian, kedudukan bahasa Arab semakin tinggi.
Bahasa Arab telah digunakan di berbagai bidang menggantikan bahasa Yunani dan Persia. Bahasa arab digunakan sebagai bahasa administrasi, bahasa ilmu pengetahuan, filsafat, dan bahasa diplomasi.
Berkembangnya pendidikan dan ilmu pengetahuan, maka berdidilah lembaga-lembaga pendidikan. Pada zaman itu muncul tokoh-tokoh ahli yang keteladanannya terus dapat diikuti hingga masa kini, sperti :
a)      Ilmu tafsir, tokohnya: Ibnu Jarir ath-Tabari dan as-Suda.
b)      Ilmu hadis, tokohnya: Imam Bukhori, muslim, Ibnu Majah, Abu Daud, dan an-Nasai.
c)      Ilmu Tasawuf, tokohnya: Imam Ghazali dan Sihabudin.
d)     Ilmu fikih, tokohnya: Imam Abu Hanifah, Imam malik, Imam Syafi’i, dan Imam ahmad.
Beberapa sastrawan dan budayawan yang munul pada masa Daulah Abbasiyyah adalah : Umar Khayam(ilmuwan metematika, astronomi, dan filsafat) , az-Zamakhsyari (pakar ilmu bahasa dan kesustraan Arab), Al-Qusyairi dan Al-kindi.





             





                                                                                   

Daftar Pustaka
1.                  Hadi,Nur.2012.Ayo Mengkaji Sejarah Kebudayaan Islam.Semarang:Erlangga.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Mari kita belajar bersama... Mencari ilmu itu tidak hanya di bangku sekolah..