Makalah
Perkembangan Islam Pada Masa Klasik
(Keemasan)
Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata
Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Di susun oleh : Kelompok 3
Nama
Anggota : Ai Ida Farida
Galih
Tresna Permana
Ita
Permata Sari
Nela
Nurfalah
Rima
Maulana Fajrin M
Risti
Husniawati
Siti
Ani Romdiani
Ulfah
Nurul M
Kelas : XII – IPA 1
MADRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 2
CIAMIS
Jl.Yos Sudarso Nomor 53
Tlp.(0265)771432 Ciamis 46211
Kata Pengantar
Assalamu’alaikum Wr Wb.
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah
SWT, atas rahmat dan karunia - Nya sebagai penulis kami bisa menyelesaikan
makalah ini dengan baik, meski tidak sempurna.
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada
pemimpin kita semua yakni Nabi yang paling akhir di utus oleh Allah SWT untuk
menjadi saksi pembawa gembira bagi hamba-hamba Nya yang shaleh dan kabar duka
untuk umat yang durhaka. Rasulullah yang memanggil seluruh umat ke jalan Allah
SWT dan pelita yang menerangi seluruh alam semesta yakni habibana wanabiyyana
Muhammad SAW.
Makalah ini saya susun untuk melengkapi salah satu tugas mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yaitu
pembahasan tentang Perkembangan Islam Pada Masa Klsaik (Keemasan).
Tidak lupa kami sampaikan terimakasih kepada:
1. Guru mata Sejarah Kebudayaan Islam yang telah memberikan
kesempatan dan kepercayaannya kepada kami untuk membuat makalah ini.
2. Rekan-rekan siswa kelas XII IPA 1 yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.
3. Dan kepada semua pihak yang ikut serta dalam menyelesaikan makalah ini.
Kritik membangun mengenai isi makalah ini kami
harapkan dan semoga Allah SWT selalu melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya untuk
kita semua, amin ya robbal ‘alamin. Akhir kata mudah-mudahan tulisan ini
bermanfaat bagi saya sebagai penulis dan bagi siapa saja yang membacanya.
Wassalamu’alaikum Wr Wb
Penulis,
A.
KEKHALIFAHAN BANI UMAYYAH
1. Sejarah Berdirinya Bani Umayah
Pengertian kata Bani menurut bahasa
berarti anak, anak cucu atau keturunan. Dengan demikian yang dimaksud Bani
Umayah adalah anak, anak cucu atau keturunan Bani Umayah bin Abdu Syams dari
satu keluarga. Kata Dinasti berarti keturunan raja-raja yang memerintah
dan semuanya berasal dari satu keturunan. Dengan demikian, Dinasti Umayah
adalah keturunan raja-raja yang memerintah yang berasal dari Bani Umayah.
Adapun istilah lain yang sering digunakan
adalah kata Daulah, yang berarti kekuasaan, pemerintahan, atau negara.
Dengan kata lain, Daulah Bani Umayah adalah negara yang diperintah oleh Dinasti
Umayah yang raja-rajanya berasal dari Bani Umayah.
masa Khulafa’ ar-Rasyidin yang memerintah. Dinasti Bani Umayyah didirikan oleh
Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun 41H/661 M di Damaskus dan berlangsung hingga
pada tahun 132 H/750 M. Muawiyah bin Abu Shofyan adalah seorang politisi handal
di mana pengalaman politiknya sebagai Gubernur Syam pada zaman Khalifah Ustman
bin Affan cukup mengantarkan dirinya mampu mengambil alih kekusaan dari
genggaman keluarga Ali Bin Abi Thalib. Tepatnya setelah Hasan bin Ali
menyerahkan kursi kekhalifahan secara resmi kepada Muawiyah bin Abu Sofyan
dalam peristiwa Ammul Jama’ah dengan syarat
1.
Muawiyah
menjaga nama baik Ali bin Abi Thalib dan keluarganya.
2.
Menjaga
keselamatan Hasan dan keluarganya.
3.
Setelah
Muawiyah wafat, kekhalifahan diserahkan kepada kaum muslimin.
4.
Pajak Tanah di
negeri ahwaz diserahkan kepada Hasan dan setiap tahun muawiyah wajib
menyerahkan 2 juta dirham kepada Husein, adik Hasan.
Namun Hasan bin Ali menyerahkan
jabatan kekhalifahan ini kepada Mu’awiyah bin Abu Sufyan dalam rangka
mendamaikan kaum muslimin yang pada masa itu sedang dilanda bermacam fitnah
yang dimulai sejak terbunuhnya Utsman
bin Affan, pertempuran Shiffin, perang
Jamal
dan penghianatan dari orang-orang Khawarij dan Syi'ah, dan terakhir terbunuhnya Ali bin
Abi Thalib.
Muawiyah bin Abu Sofyan dinyatakan sebagai
pendiri Dinasti Bani Umayah. Dan Nama Umayah diambil dari kakek Muawiyah yaitu
Umayyah bin ‘Abdu asy-Syams.Secara geneologis (garis keturunan) Muawiyah bin
Abi Sofyan bertemu dengan silsilah keluarga Nabi Muhammad SAW pada Abdul Manaf.
Keluarga Nabi Muhammad SAW dikenal dengan sebutan Bani Hasyim, sedangkan
keluarga Umayah disebut dengan Bani Umayyah.
Dilihat dari sejarahnya Bani Umayah memang
begitu kental dengan kekuasaannya, terutama pada masa zaman jahiliyah. Dalam
setiap persaingan, ternyata Bani Umayah selalu lebih unggul dibandingkan
keluarga Bani Hasyim. Hal ini disebabkan Bani Umayah memiliki unsur-unsur
sebagai berikut:
1. Umayah berasal dari keturunan keluarga bangsawan
2. Umayah memiliki harta yang cukup
3. Umayah memiliki 10 anak yang terhormat dan menjadi
pemimpin di masyarakat, di antaranya Harb, Sufyan, dan Abu Sufyan.
Sebagaimana yang disebut-sebut dalam sejarah,
bahwa Abu Sofyan merupakan pemimpin pasukan Quraisy melawan Nabi Muhammad SAW
pada Perang Badar Kubra. Keluarga Bani Umayah masuk Islam ketika
terjadi Fathul Makkah pada tahun ke-8 H. Abu Sofyan diberi
kehormatan untuk mengumumkan pengamanan Nabi SAW, yang salah satunya adalah
barang siapa masuk ke dalam rumahnya maka amanlah dia, masuk kedalam Masjidil
Haram dan rumahnya Nabi SAW maka dia juga akan merasa aman. Dengan ini banyak
kaum dari kalangan Bani Umayah yang berduyun-duyun untuk masuk Islam dan
menyebarkan Islam keberbagai wilayah.
Masa Kekhilafahan Bani Umayyah hanya berumur
90 tahun yaitu dimulai pada masa kekuasaan Muawiyah bin Abi Sufyan-, dimana
pemerintahan yang bersifat Islamiyyah dan demokratis berubah menjadi monarchiheridetis
(kerajaan turun temurun)
Suksesi kepemimpinan secara turun
temurun dimulai ketika Muawiyah bin Abu Sufyan, mewajibkan seluruh rakyatnya untuk menyatakan setia
terhadap anaknya, Yazid bin Muawiyah. Muawiyah bin Abu Sufyan bermaksud mencontoh monarchi di Persia dan Bizantium. Dia memang tetap menggunakan istilah khalifah, namun dia memberikan interprestasi baru dari kata-kata
itu untuk mengagungkan jabatan tersebut. Dia menyebutnya “khalifah Allah”
dalam pengertian “penguasa” yang diangkat oleh Allah.
2. Nama-nama Khalifah Dinasti Bani Umayah
Nama-nama kholifah Bani Umayah yang
berkuasa selama kurang lebih 91 tahun, terdiri dari empat belas khalifah,
yaitu:
1. Muawiyah bin Abi
Sofyan (41-60 H/661-680 M)
2. Yazid bin
Muawiyah (60-64 H/680-683 M)
3. Muawiyah bin
Yazid (64-64H/683-683 M)
4. Marwan bin Hakam
(64-65 H/683-685 M)
5. Abdul Malik bin
Marwan (65-86 H/685-705 M)
6. Al-Walid bin
Abdul Malik (86-96 H/705-715 M)
7. Sulaiman bin
Abdul Malik (96-99 H/715-716 M)
8. Umar bin Abdul
Aziz (99-101 H/716-720 M)
9. Yazid bin Abdul
Malik (101-105 H/720-724 M)
10. Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H/ 724-743 M)
11. Walid bin Yazid (125-126 H/743-744 M)
12. Yazid bin Walid (126-127 H/744-744 M)
13. Ibrahim bin Walid (127-127 H/ 744-745 M)
14. Marwan bin Muhammad (127-132 H/745-750 M)
Di antara 14 orang khalifah Bani Umayah yang berkuasa
selama lebih kurang 90 tahun, terdapat beberapa orang khalifah yang dianggap
berhasil dalam menjalankan roda pemerintahan. Adapun nama-nama khalifah Bani
Umayah yang menonjol karena prestasinya adalah:
1.
Khalifah
Muawiyah bin Abu Sofyan
2.
Khalifah Abdul
Malik bin Marwan
3.
Khalifah
Al-Walid bin Abdul Malik
4.
Khalifah Umar
bin Abdul Aziz
5.
Khalifah
Hisyam bin Abdul Malik
3. Perkembangan Peradaban Islam Masa Bani
Umayyah
a. Perkembangan
Organisasi Negara dan Susunan Pemerintahan
1. An Nidhamus
Siyasi
Dalam bidang
organisasi politik ini telah mengalami beberapa perubahan,
dibandingkan dengan masa permulaan Islam. Perubahan yang sangat prinsip dalam
beberapa hal seperti yang diuraikan di bawah ini:
a.
Kekuasaan
Perebutan
kekuasaan oleh Muawiyah bin Abi Sofyan telah mengakibatkan terjadinya perubahan
dalam peraturan yang menjadi dasar pemilihan Khulafaur Rasyidir, Maka
dengan demikian jabatan khalifah beralih ke tangan raja satu keluarga, yang
memerintah dengan kekuatan pedang, politik dan tipu daya (diplomasi). Penyelewengan
semakin jauh setelah Muawiyah mengangkat anaknya Yazid menjadi putra mahkota,
yang dengan demikian berarti beralihnya organisasi khalifah yang berdiri atas
dasar Syura dan bersendikan agama kepada organisasi AI Mulk (kerajaan) yang
tegak atas dasar keturunan serta bersandar terutama kepada politik dari pada
kepada agama.
b.
Al Kitabah
Seperti halnya pada masa permulaan
Islam, maka dalam masa Daulah Umayah dibentuk semacam Dewan Sekretariat Negara
yang mengurus berbagai urusan pemerintahan. Karena dalam masa itu urusan
pemerintahan telah menjadi lebih banyak, maka ditetapkan lima orang sekretaris
yaitu;
1) Katib Ar
RasaiI (Sekretaris Urusan Persuratan)
2) Katib At
Kharrd (Sekretaris Urusan Pajak atau Keuangan)
3) Katib Asy
Syumah (Sekretaris Urusan Kepolisian)
4) Katib Al Qadhi
(Sekretaris Urusan Kehakiman)
Diantara para sekretaris itu, Katib Ar
Rasillah yang paling penting, sehingga para khalifah tidak akan memberi jabatan
itu, kecuali kepada kaum kerabat atau orang-orang tertentu.
Diantara para
kuttab yang paling terkenal selama Daulah Umayah ialah:
1)
Zaiyad bin Abihi, sekretaris Abu Musa Ai
Asy'ary
2)
Salim, sekretaris Hisyam bin Abdul Malik
3)
Abdul Hamid, sekretaris Marwan bin Muhammad
c. Al Hijabah
Pada masa Daulah Umayah, diadakan
satu jabatan baru yang bernama Al Hijabah, yaitu urusan pengawalan keselamatan
khalifah. Mungkin karena khawatir akan terulang peristiwa pembunuhan terhadap
Ali dan percobaan pembunuhan terhadap Muawiyah dan Amru bin Ash, maka
diadakanlah penjagaan yang ketat sekali terhadap diri khalifah, sehingga
siapapun tidak dapat menghadap sebelum mendapat izin dari para pengawal
(hujiab).
Kepala pengawalan keselamatan
khalifah adalah jabatan yang sangat tinggi dalam istana kerajaan, waktu
khalifah Abdul Malik bin Marwan melantik kepala pengawalnya, antara lain dia
memberi amanat, "Engkau telah kuangkat menjadi kepala pengawalku. Siapapun
tidak boleh masuk menghadap tanpa izinmu, kecuali muezzin, pengantar pos dan
pengurus dapur".
2. An Nidhamul
Idari
Organisasi tata usaha Negara pada
permulaan Islam sangat sederhana, tidak diadakan pembidangan usaha yang khusus.
Demikian pula keadaannya pada masa Daulah Bani Umayah, administrasi Negara
sangat simpel.
Pada umumnya, di daerah-daerah Islam
bekas daerah Romawi dan Persia, administrasi pemerintahan dibiarkan terus
berlaku seperti yang telah ada, kecuali diadakan perubahan-perubahan kecil.
a. Ad
Dawawin
Untuk mengurus tata usaha pemerintahan,
maka Daulah Umayah mengadakan empat buah dewan atau kantor pusat, yaitu:
1)
Diwanul Kharraj
2)
Diwanur Rasail
3)
Giwanul Mustagtalat al Mutanawi'ah
4) Diwanul
Khatim, dewan ini sangat penting karena tugasnya mengurus surat-surat
Lamaran raja, menyiarkannya, menstempel, membungkus dengan kain dan
dibalut
dengan lilin kemudian diatasnya
dicap.
b. Al lmarah Alat
Baldan
Daulah Umayah membagi daerah Mamlakah.
lslamiyah kepada lima wilayah besar, yaitu:
1) Hijaz, Yaman
dan Nejed (pedalaman jazirah Arab)
2) Irak Arab dan
Irak Ajam, Aman dan Bahrain, Karman dan Sajistan, Kahul dan Khurasan,
negeri-negeri di belakang sungai (Ma Wara'a Nahri) dan Sind serta
sebagian negeri Punjab
3)
Mesir can Sudan
4) Armenia.
Azerbaijan, dan Asia Kecil
5) Afrika Utara,
Libia, Andalusia, Sisilia, Sardinia dan Balyar
6)
Untuk tiap wilayah besar ini, diangkat seorang Amirul Umara (Gubernur
Jenderal) yang dibawah kekuasaannya ada beberapa orang amir (gubernur) yang
mengepalai satu wilayah.
Dalam rangka pelaksanaan kesatuan
politik bagi negeri-negeri Arab, maka khalifah Umar mengangkat para gubenur
jenderal yang berasal dari orang-orang Arab Politik ini dijalankan terus oleh
khalifah-khalifah sesudahnya, termasuk para khalifah Daulah Umayah
c. Barid
Organisasi pos diadakan dalam tata
usaha Negara Islam semenjak Muawiyah bin Abi Sofyan memegang jabatan khalifah.
Setelah khalifah Abdul Malik bin Marwan berkuasa maka diadakan dalam organisasi
non, sehingga ia menjadi alat yang sangat vital dalam administrasi Negara.
d.
Syurthah
. `
Organisasi Syurthah (kepolisian)
dilanjutkan terus dalam masa Daulah Umayah, bahkan disempurnakan. Pada mulanya
organisasi kepolisian ini menjadi bagian dari organisasi kehakiman, yang bertugas
melakukan perintah hakim dan keputusan-keputusan pengadilan dan kepalanya
sebagai pelaksana Al Hudud.
Tidak lama kemudian makan, organisasi
kepolisian dan berpisah dan berdiri sendiri, dengan tugas mengawasi dan
mengurus soal-soal kejahatan.
Khalifah Hisyam
memasukkan dalam organisasi kepolisian satu badan yang bernama Nidhamul Ahdus
dengan tugas hampir serupa dengan tugas tentara yaitu semacam brigade mobil.
3. An N-dhamul
Mali
Yaitu organisasi keuangan atau ekonomi,
bahwa sumber uang masuk pada zaman Daulah Umayah pada umumnya seperti di zaman
permulaan Islam
a.
Al Dhaxaib
Yaitu suatu kewajiban yang harus
dibayar oleh warga Negara (Al Dharaib) pada zaman Dauuh Umayah dan sudah
berlaku kewajiban ini di zaman permulaan Islam. Kepada penduduk dari
negeri-negeri yang baru ditaklukan. Terutama yang belum masuk Islam,
ditetapkan pajak-pajak istimewa. Sikap yang begini yang telah memberikan
perlawanan pada beberapa daerah.
b.
Masharif Bitul Mal
Yaitu saluran uang keluar masa Daulah
Umayah, pada umumnya sama seperti pada umumnya Islam yaitu untuk:
1)
Gaji para pegawai dan tentara serta biaya tatausaha negara
2)
Pembangunan pertanian, termasuk irigasi dan penggalian terusan-terusan
3)
Biaya orang-orang hukuman dan tawanan perang
4)
Biaya perlengkapan perang
5)
Hadiah-hadiah kepada para pujangga dan para ulama
Kecuali itu, para khalifah Umayah
menyediakan dana khusus untuk dinas rahasia, sedangkan gaji tentara
ditingkatkan sedemikian rupa, demi untuk menjalankan politik tangan besinya.
4. An-Nizamul Harbi (organisasi pertahanan)
Organisasi pertahanan pada masa
Daulah Bani Ummayah hampir sama seperti yang telah dibuat oleh Khalifah Umar,
hanya saja lebih disempurnakan. Bedanya, jika pada waktu Khulafaur Rasyidin,
tentang Islam adalah tentara sukarela. Sedangkan pada zaman Daulah Bani
Umyyah,orang masuk tentara kebanyakan karena terpaksa. Mereka dikenakan wajib
militer berdasarkan Nizamut Tajnidil
Ijbarl , yaitu undang-undang wajib
militer.
Politik ketentaraan pada masa Banin
Ummayah, yaitu politik yang berorientasi
Arab dimana anggota tentara haruslah terdiri atas orang-orang Arab atau
imam Arab.
Organisasi tentara pada masa ini
banyak menconth organisasi tentara Persia. Setelah Muawiyah memegang
kendali negara Islam, dibangunlah armada
Islam yang kuat dengan tujuan :
a.
Mempertahankan
daerah-daerah Islam dari serangan armada Romawi dan
b.
Memperluas
dakwah islami.
Muawiyah membentuk armada musim panas dan armada musim dingin
sehingga ia sanggup untuk melaksanakan dakwah dalam segala musim. Armada dakwah ini juga
mampu bertempur jika dakwah islamiah dihalang-halangi oleh pihak musuh.
5. An-Nizamul Qadai ( Oraganisasi Kehakiman)
Pada masa
dinasti Bani Umayah ini pengadilan dipisahkan dengan kekuasan politik. Kehakiman pada masa ini mempunyai dua cirri
kahasnya, yaitu:
1.
Bahwa
seorang Qadhi (Hakim) memutuskan perkara denga ijtihadnya, karena pada
masa itu belum ada “Mazhab Yang Empat” ataupun
mazhab-mazhab lainnya. Pada masa ini para Qadhi menggali hukum sendiri dari
Al-Qur’an dan Sunnah dengan berijtihad.
2.
Kehakiman
belum terpengaruh dengan politik. Karena para Qadhi bebas merdeka
dengan
hukumnya, tidak terpengaruh pada kehendak orang besar yang berkuasa. Mereka
bebas bertindak, dan keputusan mereka berlaku atas penguasa dan petugas pajak.
Kekuasaan
kehakiman di zaman ini dibagi menjadi tiga badan, yaitu:
1. Al-Qadha’ atau qadhi, yang
tugasnya menyelesaikan perkara-perkara yang berhubungan dengan agama.
2. Al-Hisbah,di mana tugas
al-Muhtasib (kepala hisbah) adalah menyelesaikan perkara-perkara umum dan
soal-soal pidana yang memerlukan waktu yang cepat.
3. An-Nadhar fi Mudlalim yaitu
mahkamah tertinggi atau mahkamah banding yang biasanya mengadili para hakim dan
paara pembesar yang bersalah. Pengadilan ini bersidang di bawah pimpinan
Khalifah sendiri atau orang yang ditunjuk olehnya.
6. An- Nazimul fil Mazalim
Yaitu pengadilan tertinggi, yang bertugas menerima banding dari
pengadilan yang ada dibawahnya dan mengadili para hakim dan para pembesar
tinggi yang bersalah dan bersidang dibawah pimpinan Khalifah sendiri atau orang
yan ditunjuk Khalifah.
Khalifah Abdul Malik bin Marwan
adalah khalifah yang pertama kali mangadakannya, satu hari saja dalam semingu
dan diadakan dalam masjid.
Katua Mahkamah Mazalimdibantu oleh
lima orang pejabat lainnya, dimana sidang Mahkamah itu tidak sah tanpa mereka.
Yaitu:
a.
Para
pengawal yang kuat-kuat, yang sigap bertindak jika para terpidana lari atau
berbuat sesuatu yang membahayakan.
b.
Para
hakim yang qadi.
c.
Para
sarjan hukum (fukaha) tempat para
hakim meminta pendapat tentang hukum
d.
Para
penulis yang bertugas mencatat segala hal ketika sidang berjalan.
e.
Para
saksi.
Bidang
Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan
Ilmu pengetahuan dan kebudayaan
mendapat tempat di hati para penguasa Daulah Umayyah.
kota
Basrah dan Kufah dijadikan sebagai pusat kegiatan ilmiah. Cabang-cabang
pengetahuan berkembang dengan pesat di era ini, seperti sejarah, tata bahasa,
geografi, arsitektur, dan berbagai pengetahuan lainnya. Perkembangan ilmu
pengetahuan ditandai dengan munculnya ilmuwan-ilmuwan di berbagai disiplin
ilmu.
Khlifah Umar bin Abdul Aziz, sering
mengundang para ulama dan fukaha ke istana untuk mengkaji ilmu dalam berbagai
majelis. Ulama-ulama yang muncul pada waktu itu antara lain Hasan al-Basri,
Ibnu Zihab al-Zuhri dan Wasil bin Ata’.
Pada masa pemerintahan Abdul Malik
bin Marwan, bahasa Arab digunakan sebagai bahasa administrasi negara. Hal itu
mendorong lahirnya seorang bangsawan yang bernama Sibawaih. Ia mengarang sebuah
buku yang berisi pokok-pokok kaidah bahasa Arab yang berjudul al-Kitab yang terkenal hingga saat ini.
Pada zaman Khalifah Khalid bin Yazid
dan Umar bin Abdul Aziz, pengembangan ilmu pengetahuan mendapay perhatian besar
sehinnga pada masa ini tumbuhlah gerakan-gerakan yang berusaha mengembangkan
pengetahuan, seperti :
1.
Gerakan
ilmu agama
2.
Gerakan
filsafat
3.
Gerakan
sejarah
Ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Daulah Bani Umayyah di
antaranya :
1.
Bidang Pendidikan
a.
Ilmu
agama ( al-ulumul Diniyyah) yang meliputi :
1.
Ilmu
qira’at (ilmu mebaca al-qur’an)
2.
Ilmu
tafsir
3.
Ilmu
hadis
4.
Ilmu
nahwu dan sharaf
5.
Ilmu
tarikh
b.
Ilmu
pengetahuan umum (al-ulumul addakhilyyah) yang meliputi:
1.
Ilmu
kimia
2.
Ilmu
kedokteran
3.
Ilmu
bumi
4.
Ilmu
astronomi
2.
Bidang Seni :
a.
Seni
rupa
Seni rupa yang berkembang adalah
seni ukir dan pahat. Saat itu banyak ayat
Al- Qur’an dan Hadis Nabi
yang diukir di tembok masjid serta istana raja.
b.
Seni
suara
Seni suara yang
berkembang antara lain : qira’atul Qur’an dan qasidah.
3.
Bidang Sastra
Bidang kesusastraan mengalami
kemajuan. Hal itu ditandai dengan munculnya
sastrawan-sastrawan seperti :
a.
Qays
bin Mulawah, termasyhur denga sebutan dengan sebutan Laila Majnun (wafat 649 M)
b.
Jamil
Al-Uzri (wafat tahun 701 M)
c.
Al-Akhtal
( wafat tahun 710 M)
d.
Umar Bin
Abi Rubi’ah (wafat tahun 719 M)
e.
Al-Farazdaq (wafat tahun 732 M)
f.
Ibnu
Al-Muqoffa (wafat tahun 756 M)
g.
Ibnu
Jarir (wafat tahun 792 M)
4.
Seni Arsitektur
Pembangunan fisik pada masa Daulah
Bani Umayyah juga mendapat perhatian yang
besar. Usaha yang dilakukan oleh Daulah Bani umayyah dalam
kaitannya dengan pelestarian bangunan bersejarah antara lain :
a.
Mengubah
gereja St. Jhon di Damaskus menjadi masjid
b.
Merenovasi
Masjid Nabawi
c.
Membangun
Istana Qusayr Amrah dan Istana al-Mustafa yang digunakan sebagai tempat
peristirahatan di padang pasir.
Peninggalan-peninggalan tersebut menunjukan bukti bahwa pada masa
Daulah Bani
Umayyah
umat Islam sudah mencapai tingkat peradaban yang tinggi.Masjid dijadikan
sebagai sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan
agama maupun umum. Guru-guru yang mengajar agama diantaranya : Abdullah bin
Abbas, Rabi’ah, Hasan Basri, Ja’far as-Shidiq, dan yang lainnya. Mereka
mengajar di berbagai kota seluruh negeri. Ubaid bin Syaryah pengarang kitab
Kitabul Amsal, secara garis besar mengelompokan ilmu pengetahuan menjadi :
a.
Al –Adabul Hadisah
(ilmu-ilmu baru) yang terdiri atas :
1.
Al-Ulummul ‘ilmiah : yaitu
ilmu Al-Qur’an, hafis, fikih, tarikh dan geografi.
2.
Al-Ulumul dakhliyyah
seperti ilmu kedokteran, filosofi, ilmu pasti dan ilmu eksakta lainnya.
b.
Al-Adabul qadimah
(imu-ilmu lama) seperti ilmu bahasa, syair, kitabah,
dan amsal.
C. Latar Belakang Runtuhnya Kekhalifahan Umayyah
Pemerintah
Daulah Bani Umayyah terdiri dari atas 14 khalifah dan di antaranya ada lima
khalifah yang menonjol yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan, Abdul Malik bin Marwan,
Al-Walid bin Abdul Malik, Umar bin Abdul Aziz, dan Hisyam bin Abdul Malik.
Setelah meninggalnya khalifah Hisyam bin Abdul Malik yang di tandai pertikian
keluarga keadaan internal Bani Umayyah pada waktu itu sulit di selamatkan dari
kehancuran.
Ada
banyak faktor yang melatarbelakangi runtuhnya kekhalifahan Bani Umayyah di Spanyol
setelah berkuasa selama kurang lebih 90 tahun. Diantaranya yaitu :
a. Faktor dalam negeri :
1.Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan
2.Tidak adanya idiologi pemersatu
3.Para penguasa islam cukup puas dengan menerima upeti dan tidak
melakukan islamisasi
dengan sempurna.
b. Faktor dari luar :
1.Timbulnya
semangat orang-orang eropa untuk menguasai kembali andalusia
2.Konflik
islam dan kristen
3.Kesulitan
ekonomi
4.Bangkinya
kekuatan kelompok bani abbasiah
5. Di
berlakukanya diskriminasi di dalam tatanan masyarakat
‘’ orang muslim yang menyinari bangsa di spanyol selama
berabad abad yang membawa kemajuan yang luar biasa, kini tenggelam dalam
kegelapan setelah mereka mengusir islam secara total, bagaikan bangsa yang
selama ini menelorkan emas, maka berhenti telur emas. Yang di maksud adallah
kejayaan , kemajuan, peradaban dan pembangunan moril dan materi. Islam memberi
status eropa yang gelap menjadi maju, setelah islam lenyap bersama itu kemajuan
dan pencerahan tenggelam pula dalam kegelapan.
4. Ibrah
perkembangan kebudayaan/peradaban islam masa Bani Umayyah
Yang
menjadi pembelajaran berharga dari perkembangan kebudayaan pada masa Daulah
Bani Umayyah ini adalah
1.
Keuletan
dan semangat para ulama dalam mencari dan menggali serta mengembangkan ilmu
pengetahuan.
2.
Ketekunan
para ulama dalam melakukan ijtihad ( sebuah usaha yang sungguh-sungguh) dan
keikhlasan para pemimpin yang tanpa pamrih memperjuangkan dan memajukan islam.
5. Sejarah
Berdirinya Daulah Bani Abbasiyah
Sekitar
awal abad ke-8 (720 M), kebencian terhadap pemarintah Dinasti Bani Umayyah
telah tersebar luas. Kelompok-kelompok yang merasa tidak puas bemunculan antara
lain :
a.
Kelompok
muslim non Arab (malawi) yang memprotes kedudukan mereka sebagai warga kelas
dua di bawah warga muslim Arab.
b.
Kelompok
Syiah dan Khawarij.
c.
Kelompok
muslim arab di Mekah, Madinah, dan Irak
d.
Kelompok
muslim yang saleh, baik Arab maupun non Arab.
Kelompok kelompok
tersebut membentuk suatu kekuatan gabungan yang di koordinasi Al-Abbas, paman Nabi
Muhamad SAW. Sementara khalifah pertama Abdullah As-Shaffah bin Muhammad bin
Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib.
Peluang emas yang
di miliki Bani Abbasiyah untuk merebut pemerintahan Bani Umayyah itu terjadi
pada masa khalifah marwan bin muhammad (127-132H/745-750) yakni khalifah bani
umayyah terakhir. Tiga kota yang di jadikan sebagai pusat kegiatan perencanaan,
yaitu:
a.Humaymah
sebagai pusat perencanaan organisasi
b.Kuffah
sebagai kota penghubung
c.Khurasan
sebagai pusat gerakan praktis
Langkah-langkah bani abbas untuk mendirikan
Bani Abbasiyah adalah :
a. membuat gerakan bawah tanah,
dengan tokohnya antara lain :
1)
Muhammad Al-Abbas
2)
Ibrahim Ai-Iman
3)
Abu Muslim Al-Khurasani
4)
Abu Abbas As-Saffah
5)
Abu Ja’far Al-Mansur
b. menerapkan politik bersahbat,
artinya turunan abbas tidak memperlihatkan sikap
bermusuhan dengan Bani Umayyah.
c.menggunakan Bani Hasyim (ahlul
bait)
d.menetapkan Khurusan sebagai pusat
kegiatan gerakan Bani Abbas yang di pimpin oleh abu
muslim Al-Khurasani.
Strategi tersebut berhasil menghimpun
kekuatan besar. Dalam perjuanganya melemahkan bani umayyah, bani abbasiyah
menerapkan cara kepemimpinan yang bersifat kolektif namun tertutup dengan
gerakan bawah tanah.
Pada tahun 132 H/750 M berkuasalah
daulah bani abbasiyah menggatikan daulah bani umayyah yang telah hancur di
damaskus.
6.
Sisilah Bani Abbasiyah
Dari keturunan hasyim lahir
keluarga abbas yang di sebut abbasiyah
dan keluar di sebut alawiyyin.
7. Peta Daerah Perkembanga Islam
Dinasti Abbasiyah
menjadikan Bagdad sbagai pusat pemerintahan. Pada masa pemerintah khalifah
Al-Mahdi, wilayah dakwah islam semakin di perluas hingga ke wilayah timur Asia
tengah dari perbatasan India sampai ke China. Serangan yang di lancarkan oleh
penguasa Byzantium dapat di tangkis oleh pasukan islam pada masa pemerintahan
khalifah Abu Ja’far Al-Mansyur pada tahun 138 H. Kemudian pada masa khalifah
Al-Mahdi tahun 165 H. Pasukan islam memasuki selat Bosporus, sehinnga membuat
Ratu Irene menyerah dan berjanji membayar pajak.
Pada masa pemerintah Daulah Bani
Abbasiyah, wilayah dakwah islam semakin luas dan di teruskan oleh Bani Umayyah
antara lain ke:
a.
Hijaz
b.
Mesir
c.
Yaman
Utara dan Selatan
d.
Tunisia
e.
Oman
f.
Al-Jazair
g.
Kuwait
h.
Maroko
i.
Iran(Persia)
j.
Yordania
k.
Afganistan
l.
Palestina
m.
Pakistan
n.
Libanon
Walaupun daerah
tersebut belum sepenuhnya di dakwahi Bani Umayyah, namun pada masa pemerintahan
Bani Abbasiyah perluasan dan daerah penyiaran islam semakin berkembang sampai
Turki,Armenia, dan daerah di sekitar Kaspia sekarang termasuk Rusia. Wilayah
bagian Barat India Dan Asia Tengah serta perbatasan China sebelah barat.
Dalam sistim
pemerintahnya, Daulah Bani Umayyah sangat fanatik terhadap keturunan Arab, akan
tetapi Daulah Bani Abbasiyah lebih bersifat demokratis, meskipun tampak dalam
puncak masih tetap berada dalam tangan orang atau keturunan Arab. Dalam
bidang-bidang lain, bisa di pegang oleh orang-orang persia atau turki. Hal ini
di sebabkan karena para penguasa dalam menjalankan roda pemerintahan lebih
mengutamakan pembangunan terhapdap wilayah yang di kuasainya dari pada
memikirkan hal-hal yang hanya dapat menguntungkan orang-orang atau kelompok
tertentu saja.
Dengan cara tersebut para penguasa
Abbasiyah dapat melakukan hubungan dengan wakil-wakilnya yang berada jauh dari
pusat pemerintahan bagdad. Terutama untuk menjalankan kebijakan pemerintah
dalam pembangunan di daerah-daerahnya.
8. Hubungan dengan Kerajaan di Luar Bani Abbasiyah
Pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah,
menjalin hubungan dengan kerajaan Islam di Andalusia yang dikuasai oleh
Abdurrahman ad-Dakhil dan para penguasa dari keturunan Bani Umayyah.Dengan
begitu, daerah dakwahan Islam menjadi lebih luas.
9. Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Bani Abbasiyah
a. Kemajuan Kebudayaan
Pemerintahan Bani Abbasiyah merupakan masa kejayaan Islam dalam
berbagai bidang, khususnya bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan.Pada masa
itu, proses pengalihan ilmu pengetahuan dilakukan dengan cara penerjemahan
berbagai buku karangan bangsa – bangsa terdahulu, seperti bangsa Yunani,
Romawi, dan Persia, serta sumber dari berbagai naskah yang ada di kawasan Timur
Tengah dan Afrika seperti Mesopotamia dan Mesir.
Pada masa Bani Abbasiyah wilayah
pemerintaha islam meluas sampai ke Spanyol Barat dan India Timur. Selama
beberapa ratus tahun, banyak orang – orang non Islam yang masuk islam karena
tertarik dengan kemajuan islam. Contohnya penduduk Mesir,Suriah ,Palestina,
dll. Pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid dan Khalifah al-Makmun, peradaban
islam mencapai masa keemasannya.
b. Kemajuan Teknologi dan Militer
Perkembangan politik dan militer
Bani Abbasiyah terbagi ke dalam lima periode. Selama kurang lebih lima stengah
abad, pemerintah Bani Abbasiyah dipimpin oleh 37 orang khalifah.
1.
Periode
Pertama
Periode
ini berlangsung antara tahun 132 – 232 H / 750 – 847 M, yakni sejak pada masa
Abu Abbas as – Saffah sampai pemerintahan ke Sembilan al-Watsiq. Periode ini
disebut juga periode pengaruh Persia pertama. Hal ini disebabkan pemerintahan
Bani Abbbasiyah banyak dipengaruhi oleh keluarga dari bangsa Persia yaitu
keluarga Barmak
Tegaknya
pemerintahan dan Negara bisa terwujud dengan dukungan balatentara dan sistem
kemiliteran yang kuat.Khalifah dinasti Abbasiyah pada periode pertama adalah :
a.
Abu
Abbas as – Saffah (132-136 H / 750 – 754 M )
b.
Abu
Ja`far al – Mansur (136-158 H / 754 – 775 M )
c.
Muhammad
al – Mahdi (158-169 H / 775 – 785 M )
d.
Musa
al – Hadi (169-170 H / 785 – 786 M )
e.
Harun
ar – Rasyid (170-193 H / 786 – 809 M )
f.
Abdullah
al – Amin (193 – 198 H / 809 – 813 M )
g.
Al –
Ma`mun ( 198 – 218 H / 813 – 833 M )
h.
Al –
Mu`tashim Billah ( 218 – 227 H / 833 – 842 M )
i.
Abu
Ja`far al – Watsiq ( 227 H – 232 H / 842 – 847 M )
Periode pertama
menjadi massa keemasan dan kejayaan Daulah Bani Abbasiyah yaitu pada masa
Khalifah al Mahdi hingga Khalifah al Watsiq.
Untuk mengukuhkan eksistensi kekhalifahan Daulah Bani Abbasiyyah, maka
Abu Abbas menerapkan kebijkan – kebijakan yang cukup tegas, kebajikan itu
adalah memusnahkan anggota keluarga Daulah Bani Umayyah serta menggunakan suatu
agen rahasia yang berfungsi untuk mengawasi gerak – gerik keturunan Bani
Umayyah.
Kebijakan al –
Watsiq yang paling menentukan adalah dengan mengangkat seorang
perwira Turki bernama Asyam sebagai wakilnya.
2.
Periode Kedua
Periode ini dimulai tahun 232 H – 334 H / 847 – 946 M yakni sejak
Khalifah al – Mutawakkil sampai berdirinya Bani Buwaihiyah di Baghdad. Periode
ini disebut peeriode pengaruh Turki Pertama. Disebut demikian, karena tentara
Turki menjadi tentara Daulah Bani Abbasiyah yang sangat mendominasi
pemerintahan.
Khalifah Daulah Bani Abbasiyah pada periode kedua adalah :
a.
Al –
Mutawakkil ( 232- 247 H / 847 – 861 M )
b.
Al –
Muntashir ( 247 – 248 H / 861 – 862 M )
c.
Al –
Mustain ( 248 – 252 H / 862 – 866 M )
d.
Al
- Mu`tazz ( 252 – 255 H / 866 – 869 M )
e.
Al –
Muhtadi ( 255 – 256 H / 869 – 870 M )
f.
Al –
Mu`tamid ( 256 – 279 H / 870 – 892 M )
g.
Al –
Mu`tadhid ( 279 – 289 H / 892 – 902 M )
h.
Al –
Muktafi (289 – 295 H / 902 – 908 M )
i.
Al –
Muqtadir ( 295 – 302 H / 908 – 932 M )
j.
Al –
Qahir ( 320 – 323 H / 932 – 9334 M )
k.
Ar –
Radhi ( 323 – 329 H / 934 – 940 M )
l.
Al –
Muttaqi ( 329 – 333 H / 940 - 945 M )
m.
Al –
Mustakfi (332 – 334 H / 945 – 946 M )
Pada
masa ini khalifah hanya menjadi simbol di istana Baghdad. Orang – orang Turki
berbuat sekehendak hatinya bahkan ikut campur tangan dalam pergantian khalifah.
Mulai periode kedua sampai periode keempat, peran politik khalifah bisa
dikatakan hilang. Mereka hanya menjadi simbol keagamaan bagi para pejabat
Negara dengan member konfirmasi keagamaan bagi setiap kebijakan yang mereka
ambil.
Pada
saat periode ini terjadi pemberontakkan internal tentara Turki. Dari tiga belas
khalifah pada periode ini, hanya empat orang yang wafat dengan wajar,
selebihnya mereka digulingkan dengan paksa atau dibunuh.
3.
Periode
Ketiga
Periode ini
dimulai tahun 334 – 464 H / 946 – 1075 M, yakni sejak berdirinya Daulah
Buwaihiyah sampai masuknya Saljuk ke Bsghdad. Periode ini disebut juga periode
pengaruh Persia kedua. Disebut demikian karena pada waktu itu sebuah golongan
dari bangsa Persia berperan penting dalam pemerintahan Dinasti Abbasiyah, yaitu
Dinasti Buwaihiyah.
Posisi Daulah Abbasiyah yang berada di bawah kekuasaan Bani Buwaihi
merupakan ciri utama dari periode ketiga ini. Keadaan khalifah lebih buruk
daripada di masa sebelumnya karena Bani Buwaihi menganut aliran Syiah.
Akibatnya kedudukan khalifah tidak lebih sebagai pegawai yang diperintah dan
diberi gaji.Selama Bani Buwaihi berkuasa di Baghdad, telah terjadi beberapa
kali bentrokan sosial aliran ahlu sunah dan Syiah dan pemberontakan tentara.
Khalifah Dinasti Abbasiyah pada periode ketiga adalah :
a.
Al –
Muhti (334 – 363 H / 946 – 974 M)
b.
Ath
– Tho`I (363 – 381 H / 974 – 991 M)
c.
Al –
Qadir (381 – 422 H / 991 – 1031 M)
d.
Al –
Qa`im Billah (422 – 467 H / 1031 – 1075 M)
Pada masa ini, kondisi politik sering tidak stabil. Hal ini
disebabkan adanya perebutan jabatan “Amir al-Umara” di antara para penguasa
Dinasti Buwaihiyah. Pada masa itu, para khalifah bahkan kehilangan legitimasi
keagamaanya. Posisi mereka sebagai khatib salat Jumat diserahkan kepada orang –
orang Dinasti Buwaihiyah. Hal itu disebabkan Dinasti Buwaihiyah menganut aliran
Syiah, sedangkan Dinasti Abbasiyah menganut aliran Sunni.
4.
Periode
Keempat
Periode
ini dimulai tahun 464 – 623 H / 1075 – 1225 M, yakni sejak masuknya Dinasti
Saljuk di Baghdad. Periode ini disebut juga pengaruh bangsa Turki kedua.
Disebut demikian karena pada waktu itu golongan dari bangsa Turki berperan
penting dalam pemerintahan Dinasti Abbasiyah, yakni Dinasti Saljuk.
Khalifah
Dinasti Abbasiyah pada periode keempat adalah sebagai berikut :
a.
Al –
Muqtadi (467 – 487 H / 1075 – 1094 M)
b.
Al –
Mustazhir (487 – 512 H / 1094 – 1118 M)
c.
Al –
Mustarsyid (512 – 529 H / 1118 – 1135 M)
d.
Al –
Rasyid (529 – 530 H / 1135 – 1136 M)
e.
Al –
Muktafi (530 – 555 H / 1136 – 1160 M)
f.
Al –
Mustanjid (555 – 566 H / 1160 – 1170 M)
g.
Al –
Mustadhi (566 – 575 H / 1170 – 1180M)
h.
An –
Nashir (575 – 623 H/ 1180 – 1225 M)
Pada masa pemerintahannya, Khalifah An – Nashir berhasil membentuk
tentara yang kuat. Pada masa pemerintahannya ini piila, Dinasti Saljuk
mengalami kehancuran. Mereka dihancurkan oleh Khawarizm Syah pada tahun 1195 M.
Setelah itu, para khalifah Dinasti Abbasiyah memiliki kekuasaan penuh dalam
bidang politik dan keagamaan. Hanya saja wilayah pemerintahannya tidak sebesar
masa sebelumnya, yakni hanya meliputi wilayah Irak dan sekitarnya.
5.
Periode
Kelima
Periode
ini dimulai tahun 623 – 656 H / 1225 – 1258 M dan tidak dipengaruhi lagi oleh
pihak manapun. Akan tetapi, kekuatan politiknya semakin melemah dan akhirnya
runtuh pada tahun 1258 karena serangan dari Mongol yang dipimpin oleh Hulagu
Khan.
Khalifah
Dinasti Abbasiyah pada periode kelima adalah :
a.
Az –
Zahir (622 – 623 H / 1225 1226 M)
b.
Al –
Mustanshir (623 – 640 H / 1226 – 1242 M)
c.
Al –
Mu`tashim (640 – 656 H / 1242 – 1258 M)
Pada saat terjadi serangan dari Mongolia Khalifah Al – Mu`tashim
dan keluarganya dibunuh. Kota Baghdad dan berbagai peninggalannya
dihancurkan.Dengaan demikian, berakhilrah Daulah Bani Abbasiyah. Kekuatan
politik dan militernya yang begitu unggul pada masa sebelumnya lenyap saat itu
juga.
Faktor – faktor yang membuat Daulah Abbasiyah menjadi lemah dan
kemudian hancur dapat dikelompokkan menjadi dua faktor yaitu faktor intern dan
ekstern. Faktor intern yaitu adanya persaingan tidak sehat diantara beberapa
bangsa yang terhimpun dalam Daulah Abbasiyah,terutama Arab, Persia dan Turki.
Kedua terjadinya perselisihan pendapat diantara kelompok pemikiran agama yang
ada, yang berkembang menjadi pertumpahan darah.Ketiga, munculnya dinasti –
dinasti kecil sebagai akibat perpecahan sosial yang berkepanjangan, Keempat,
terjadinya kemerosotan tingkat perekonomian sebagai akibat dari bentrokan
politik.
Sedangkan faktor ekstern yaitu berlangsungnya Perang Salib yang
berkepanjangan dalam beberapa gelombang. Dan yang paling menentukan adalah
adanya serangan dari tentaara Mongol dan Tartar yang dipimpin oleh HUlagu Khan
dan berhasil menjarah seua pusat ilmu dan kekuasaan di Baghdad.
c. Kemajuan Ilmu Pendidikan
Abad X Masehi disebut abad pembangunan dunia Islam, di mana
dunia Islam mulai dari daerah di Spanyol sampai ke Multan di Pakistan,
mengalami pembengunan di berbagai bidang, terutama dalam bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
Dorongan ini menyebabkan terciptanya
ilmu-ilmu pengetahuan dalam lapangan agama (ilmu naqli). Dorongan dari agama
ditambah lagi pengaruh dari perbendaharaan Yunani menimbulkan dorongan untuk
munculnya berbagai ilmu pengetahuan di bidang akal (akal).
Sistem Sosial
Sistem sosial pada Dinasti Abbasiyah
merupakan sambungan dari dinasti sebelumnya yaitu dinasti Umayyah. Pada masa
dinasti Abbasiyah ini terjadi perubahan yang sangat signifikan di antaranya
adalah:
1.
Tampilnya
kelompok Mawali khusunya pada pemerintahan Irak, yang menduduki peran danposisi
penting di pemerintahan.
2.
Kerajaan
Islam dinasti Abbasiyah tersusun dari beberapa unsur bangsa yang berbeda-beda.
3.
Perkawinan
campur dan melahirkan anak dari unsur campur darah.
4.
Terjadinya
pertukaran pendapat, cerita, pikiran sehingga muncul kebudayaan baru.
5.
Perbudakan.
Dinasti
Abbasiyah merupakan dinasti islam yang sempat membawa kejayaan umat islam pada
masanya. Zaman
keemasan islam dicapai pada masa dinasti-dinasti ini berkuasa.Pada masa ini
pula umat islam banyak melakukan kajian kritis terhadap ilmu pengetahuan.
Akibatnya pada masa ini banyak para ilmuan dan cendikiawan bermunculan
sehinnnngga membuat ilmu pengetahuan menjadi maju pesat.
Popularitas
daulah Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809
M) dan puteranya Al-Ma’mum (813-833 M). Kekayaan yang dimanfaatkan Harun
Arrasyid untuk keperluan sosial, rumah sakit, lembaga pendidikan, dokter, dan
farmasi didirikan, Pada masanya sudah terdapat paling tidak
sekittar 800 orang dokter. Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga
dibangun.
Tingkat
kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini. Kesejahteraan
sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta
kesusasteraan berada pada zaman keemasannya.pada masa inilah Negara islam
menempatkan dirinya sebagai Negara terkuat dan tak tertandingi. Al- Ma’mun
pengganti Al- Rasyid, dikenal sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu.
Pada masa pemerintahannya, penerjemahan buku-buku asing digalakan, untuk menerjemahkan
buku-buku Yunani, ia mengkaji penerjemah-penerjemah dari golongan kristen dan
penganut golongan lain yang ahli. Ia juga banyak mendirikan sekolah, salah satu
karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan Bait Al- Hikmah, pusat
penerjemah yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang
besar dan menjadi perpustakaan umum dan diberi nama ”Darul Ilmi” yang berisi
buku-buku yang tidak terdapat di perpustakaan lainnya.
Pada masa
Al-Ma’mun Bagdad mulai menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan, kekota
inilah para pencari ilmu datang berduyun-duyun, dan pada masa
ini pula kota Bagdad dapat memancarkan sinar kebudayaan dan peradaban islam
keberbagai penjuru dunia.
Diantara
bangunan-bangunan atau sarana untuk penndidikan pada masa Abbasiyah yaitu:
1.
Madrasah yang terkenal ketika itu
adalah madrasah Annidzamiyah, yang didirikan oleh seorang perdana menteri
bernama Nidzamul Muluk (456-486 M)
dan guru besarnya Imam Ghazali.
2.
Kuttab, yakni tempat belajar bagi para
siswa sekolah dasar dan menengah.
3.
Majlis Munadharah, tempat pertemuan
para pujangga, ilmuan, para ulama, cendikiawan dan para filosof dalam
menyeminarkan dan mengkaji ilmu yang mereka geluti.
Adapun bukti – tentang berkembangnya
pendidikan, seperti :
1. Lembaga-lembaga
Pendidikan.
a. Lembaga-lembaga pendidikan sebelum madrasah
1. Suffah
Pada masa Rasulullah SAW, suffah adalah suatu tempat yang
dipakai untuk aktivitas pendidikan biasanya tempat ini menyediakan pemondokan
bagi pendatang baru dan mereka yang tergolong miskin disini para siswa diajari
membaca dan menghafal al-qur’an secara benar dan hukum islam dibawah bimbingan
langsung dari Nabi, dalam perkembangan berikutnya, sekolah shuffah juga
menawarkan pelajaran dasar-dasar menghitung, kedokteran, astronomi, geneologi
dan ilmu filsafat.
2. Kuttab atau maktab.
Kuttab atau
maktab adalah tempat untuk menulis atau tempat
dimana dilangsungkan kegiatan tulis menulis.
3. Halaqah.
Halaqah artinya
lingkaran. Artinya proses belajar mengajar disini dilaksanakan dimana murid dan
meringkari gurunya. Kegiatan di halaqah ini tidak khusus untuk megajarkan atau
mendiskusikan ilmu agama, tetapi juga ilmu pengetahuan umum, termasuk filsafat.
5.
Majlis.
Majlis berarti sesi dimana aktivitas pengajaran atau berlangsung.Seiring
dengan perkembangan pengetahuan dalam islam, majlis digunakan sebagai kegiatan
transfer ilmu pengetahuan sebagai majlis banyak ragamnya, menurut Muniruddin
Ahmad ada 7 (tujuh) macam majlis, sebagai berikut:
a. Majlis al-hadits
b. Majlis al-tadris
c. Majlis al-manazharah
d. Majlis muzakarah
e. Majlis al-syu’ara
f. Majlis al-adab
g. Majlis al-fatwa dan al-nazar
6.
Mesjid
Kurikulum pendidikan dimasjid biasanya merupakan tumpuan
pemerintah untuk
memperoleh pejabat-penjabat pemerintah, seperti, qodhi,
khotib dan iman masjid.
7. Khan.
Khan biasanya
difungsikan sebagai penyimpanan barang-barang dalam jumlah besar atau
sebagai sarana komersial yang memiliki
banyak toko, seperti, khan al narsi yang berlokasi di alun-alun karkh di
bagdad.
8. Ribarth.
Ribath adalah
tempat kegiatan kaum sufi yang ingin menjauhkan diri dari kehidupan duniawi dan
mengkonsentrasikan diri untuk semata-mata ibadah.
8. Rumah – Ulama.
Para ulama
dizaman klasik banyak yang mempergunakan rumahnya secara ikhlas untuk kegiatan
belajar mengajar dan pengembangan ilmu pengetahuan.
9. Toko-toko buku dan perpustakaan.
Toko-toko buku memiliki
peranan penting dalam kegiatan keilmuan islam, pada awalnya memang hanya
manjual buku-buku, tetapi berikutnya menjadi sarana untuk berdiskusi dan
berdebat, bahkan pertemuan rutin sering dirancang dan dilaksanakan disitu.
Disamping
tokobuku, perpustakan juga memilki peranan penting dalam kegiatan transfer
keilmuan islam.
10. Rumah sakit.
Rumah sakit
pada zaman klasik bukan saja berfungsi sebagai tempat merawat dan mengobati
orang-orang sakit, tetapi juga mendidik tenaga-tenaga yang berhungan dengan
perawatan dan pengobatan. Pada masa itu, percabaan dalam bidang kedokteran dan
obat-oibatan dilaksanakan sehingga ilmu kedoteran dan obat-obatan cukup pesat.
Rumah sakit juga merupan tempat praktikum sekolah kedoteran yang didirikan
diluar rumah sakit, rumah sakit juga berfungsi sebagai lembaga pendidikan .
11. Badiah (padang pasir, dusun tempat tinggal badui)
Oleh karena itu
badiah-badiah menjadi pusat untuk pelajaran bahasa arab yang asli dan murni.
Sehingga banyak anak-anak khulifah, ulama-ulama dan para ahli ilmu pengetahuan
pergi kebadiah-badiah dalam rangka mempelajari bahasa dan kesusastraan arab
b. Madrasah
1. Sejarah dan motivasi pendirian madrasah
Beberapa paradigma dapat digunakan dalam memandang
sejarah dan motivasi pendirian
madrasah. Paling tidak ada 3 teori tentang timbulnya
madrasah:
a.
Madrasah selalu dikaitkan dengan nama
nidzam al-mulk (W. 485 H/1092 M), salah seorang wajir dinasti saljuk sejak 456
H/1068 M sampai dengan wafatnya, dengan usahanya membangun madrasah nizhamiyah
diberbagai kota utama daerah kekuasaan saljuk begituh dominannya peran nidzam
al-mulk adalah orang pertama yang membangun madrasah.
b.
Menurut al-makrizi, ia berasumsi bahwa
madrasah pertama adalah madrasah nizhamiyah yang didirikan tahun 457 H.
c.
Madrasah sudah eksis semenjak awal
islam seperti bait al-hikmah yang didirikan Al-Makmun di Bagdad abad ke-3 H.
Lahirnya
lembaga pendidikan formal dalam bentuk madrasah merupakan pengembangan
dari sistem pengajaran dan pendidikan yang pada awalnya berlangsung di
mesjid-mesjid.Dengan berdirinya madrasah, maka pendidikan islam mesasuki
periode baru. Yaitu pendidikan menjadi fungsi bagi negara dan madrasah-madrasah
dilembagakan untuk tujuan pendidikan .
2.
Berdirinya
kota – kota pendidikan. Seperti Mekah, Madinah, Kufah, Damaskus, hijaz,
Khairawan, Irak, Mesir dan lain – lain.
3.
Berkembangnya
ilmu naqli
Ilmu naqli adalah ilmu yang bersumber dari naqli (Al-quran
dan hadits) yaitu berhubungan dengan Islam. Yang termasuk ke dalam ilmu naqli
adalah:
a. Ilmu
tafsir
b. Ilmu
hadits
c. Ilmu
kalam
d. Ilmu
tasawuf
e. Ilmu
bahasa
f. Ilmu
fiqh
4.
Berkembangnya
ilmu aqli
Ilmu aqli adalah ilmu yang
didasarkan kepada pemikiran (rasio). Yang termasuk ke dalam Ilmu aqli adalah:
a. Ilmu
kedokteran
b. Ilmu
filsafat
c. Ilmu
optik
d. Ilmu
astronomi
e. Ilmu
hitung
f. Ilmu
kimia.
10.Faktor penyebab
kemajuan peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah.
Kemajuan peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah disebabkan oleh dua Faktor, yaitu Faktor Internal Umat Islam dan Faktor Eksternal Umat Islam
1. Faktor Internal umat Islam
a. Pemahaman yang utuh terhadap semangat keilmuan yang diisyaratkan oleh al Qur’an (al
Kemajuan peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah disebabkan oleh dua Faktor, yaitu Faktor Internal Umat Islam dan Faktor Eksternal Umat Islam
1. Faktor Internal umat Islam
a. Pemahaman yang utuh terhadap semangat keilmuan yang diisyaratkan oleh al Qur’an (al
Qur’an
banyak mengandung sinyal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi).
b. Para pembesar kerajaan memiliki perhatian yang tinggi terhadap pentingnya Ilmu
b. Para pembesar kerajaan memiliki perhatian yang tinggi terhadap pentingnya Ilmu
Pengetahuan bagi kehidupan manusia. Hal
tersebut ditunjukkan pada semangat dan
pengkajian keilmuan dan penghargaan
pemerintah terhadap pakar-pakar keilmuan.
c. Lahirnya berbagai pusat kajian dan analisa keilmuan serta pusat-pusat penterjemahan
c. Lahirnya berbagai pusat kajian dan analisa keilmuan serta pusat-pusat penterjemahan
terhadap
buku-buku asing yang dibiayai oleh pemerintah, tampa melihat bentuk dan
perbedaan
kajian keilmuan tersebut, misalnya Ilmu Agama (Fiqih, Tafsir dan Hadits).
Umum
(Kedokteran, Biologi dll) dan Filsafat
d. Umat Islam telah mengalami pendewasaan dan kematangan berfikir
2. Faktor Eksternal umat Islam
a. Tradisi keilmuwan telah berkembang lebih dulu di wilayah Persia, sehingga umat Islam
d. Umat Islam telah mengalami pendewasaan dan kematangan berfikir
2. Faktor Eksternal umat Islam
a. Tradisi keilmuwan telah berkembang lebih dulu di wilayah Persia, sehingga umat Islam
tinggal
mengembangkan dan menambah keunggulannya.
b. Umat islam melakukan adaptasi terhadap budaya asing terutama ilmu/Filsafat Yunani,
b. Umat islam melakukan adaptasi terhadap budaya asing terutama ilmu/Filsafat Yunani,
diteruskan
dengan proses menterjemahkan buku-buku asing tersebut.
c. Terjadinya gerakan translitasi (penterjemahan) oleh umat Islam pada kebudayaan atau hasil
c. Terjadinya gerakan translitasi (penterjemahan) oleh umat Islam pada kebudayaan atau hasil
karya lain,
terutama buku-buku hasil pemikiran Filosof Yunani.
d. Proses penterjemahan tersebut melahirkan kecenderungan baru dalam tradisi berfikir.
d. Proses penterjemahan tersebut melahirkan kecenderungan baru dalam tradisi berfikir.
Kalau pada
masa pemerintahan Bani Umaiyah, pola berfikir umat di dominasi oleh
pemikiran
ke-agamaan dan dogmatik, maka pada masa pemerintahan Bani Abasiyah
berkembang
pemikir-an rasional-analitis.
e. Proses tranformasi keilmuan Islam terhadap keilmuan luar lebih di dorong oleh daya tarik
e. Proses tranformasi keilmuan Islam terhadap keilmuan luar lebih di dorong oleh daya tarik
Filsafat, yang
menurut umat Islam mempunyai sisi menarik dalam hal :
· Ketelitian yang dimiliki oleh logika Aristoteles dan ilmu matematika yang
· Ketelitian yang dimiliki oleh logika Aristoteles dan ilmu matematika yang
mengagumkan Islam.
· Bahwa pada saat itu terjadi pertarungan pemikiran antara umat Islam dengan penganut
· Bahwa pada saat itu terjadi pertarungan pemikiran antara umat Islam dengan penganut
Islam
baru yang masih mengikuti faham/filosofi agama sebelumnya, dan mereka
menggunakan logika Filsafat, maka untuk menghadapi pertarungan pemikiran
dengan
diperlukan pemahaman yang baik mengenai logika tersebut.
· Bercampurnya buku-buku keagamaan Yahudi dan Nasrani dalam Filsafat Yunani yang
· Bercampurnya buku-buku keagamaan Yahudi dan Nasrani dalam Filsafat Yunani yang
dianggap
oleh umat Islam sebagai karya Filsafat Yunani.
· Corak pembahasan keagamaan Filsafat Yunani dalam hal menerangkan konsep Tuhan
· Corak pembahasan keagamaan Filsafat Yunani dalam hal menerangkan konsep Tuhan
Yang Esa
dan mencapai kebahagiaan dilakukan dengan pendekatan dan peleburan diri
kepada
Tuhan dan pembersihan diri (Zuhud), sebagaimana yang dijelaskan dalam
Filsafat
ketuhanan (Theodocia) mereka.
Para
pencari ilmu yang berasal dari barat, mereka mentransfernya ke dalam tradisi
ilmu pengetahuan mereka.Dengan demikian, ilmu pengetahuan yang telah maju di
dunia islam diserap dan dikembangkan di dunia barat. Transfer ilmu pengetahuan
ini terutama dalam bidang filsafat, sains dan sebagainya, masyarakat Barat
mulai menemukan pencerahan.Dari sinilah bangsa Barat mengalami kemajuan pesat,
hingga melampaui kemajuan ilmu pengetahuan dan sains yang pernah dikembangkan
dunia islam.
11.
Identifikasi Kebudayaan/Peradaban Pada Masa Bani Abbasiyah
Faktor – faktor yang memperkuat Bani
Abbasiyah adalah :
a.
Bani
Abbasiyah cukup cerdas untuk belajar dari pengalaman, bahwa suatu Negara kuat
dikarenakan militernya kuat, rakyat menjadi kuat karena mendapatkan pengayoman,
ketenangan, ketentraman dan militer yang memang untuk membela rakyat.
b.
Militer
yang dibangun Bani Abbasiyah dibangun untuk membesarkan rakyat dan
dibesarkan rakyat
untuk tujuan kedaulatan rakyat
c.
Penguatan
di bidang militer akan berdampak positif terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan,
ekonomi, sosial dan kebudayaan.
d.
Kemajuan
Bani Abbasiyah merupakan buah dari strategi politik yang dikembangkan
dengan pendekatan
bersama.
e.
Adanya
penataan internal mulai dari khalifah sampai pimpinan di tingakat paling
bawah untuk
membulatkan satu tujuan bersama yaitu bersatu untuk memakmurkan
dunia islam dan
meninggikan kalimat Allah di muka bumi.
f.
Sistem
politik dengan mengedepankan demokrasi atau musyawarah.
g.
Mengutamakan
kedisiplinan, ketertiban dengan dasar kejujuran dan pengabdian yang
dilaksanakan oleh semua pihak.
12. Pengaruh Peradaban Islam terhadap Dunia Barat
Ilmu
pengetahuan Islam masuk dan berkembang di daratan Eropa pada awalnya di wilayah
Toledo, Cordoba, dan Sevilla. Mereka menerjemahkan karangan buku – buku Islam
ke dalam bahasa Barat.
Pengakuan
para ahli dari Barat tentang pengaruh Islam terhadap dunia Barat di masa lalu,
di antaranya adalah :
a.
Prof.Dr.Charles
Singer (ahli sejarah sains, teknologi, dan kedokteran dari Inggris).”Di Barat
ilmu astronomi dan kedokteran sebenarnya tidak ada, ilmu mengenal penyakit
dilakukan dengan cara yang bukan – bukan, seperti dengan jengkalan jari,
tumbuh-tumbuhan dan takhayul”
b.
Ibnu
Tumlus (ahli ilmu ukur, ilmu perbintangan, ilmu musik dan aritmatika di
Andalusia),”orang – orang Islam telah jauh melampaui kepandaian orang – orang
Barat”
c.
Prof.H.A.R.Gibb
(Mahaguru London University). “Sastra Barat itu berasal dari sastra Muslimin,
tidak ada yang mempertengkarkan dan memperselihsihkannya.
C. MENGAMBIL ‘IBRAH DARI PERISTIWA MASA DAULAH UMAYYAH DAN BANI
ABBASIYAH
1.
‘Ibrah
Dari Masa Daulah Umayyah
a)
Sesama
muslim sehharusnya tidak mengalang kekuatan untuk saling melemahkan. Ajaran
Islam sangat menjunjung tinggi asas musyawarah. Dengan demikian, seluruh elemen
harus terwakili dalam musyawarah untuk kepentingan umat secara lebih luas,
bukan untuk kepentingan golongannya apalagi hanya untuk kepentingan diri dan
keluarganya.
b)
Umat
Islam harus selalu berpegang pada ajaran Al-Qur’an dan sunah Rasulullah.
c)
Ketidakpuasan
terhadap pemerintahan Daulah Umayyah yang lebih mementingakan kepentingan
golongan mereka membuat rakyat berusaha untuk memberontak. Seorang pemimpin
haruslah adil dan amanah agar mereka dapat menampung aspirasi rakyatnya.
2.
‘Ibrah
Dari Daulah Abbasiyah
Penyebab kemunduran Bani Abbasiyah antara lain :
a)
Perpecahan
antarbangsa keturunan Arab dan bangsa non-Arab (‘Ajam);
b)
Perbedaan
pendapat antar tradisi Muslim Arab dan Muslim non-Arab ;
c)
Sikap
iri kaum Zimmy terhadap kemajuan Islam secara signifikan ;
d)
Keturunan
Khalifah yang merasa berhak melanjutkan kekhalifahan, sedangkan rezim
baru tidak
peduli dengan sistem keturunan.
e)
Munculnya
beragan keagamaan seperti Syiah, Qaramithah, Ismailiyah, yang
melahirkan
ideologi baru,
f)
Kehidupan
keduniaan akibat kemajuan di segala bidang, melahirkan sifat konsumtif
dilingkungan
keluarga khalifah.
g)
Kepemimpinan
pada generasi kedua tidak cakap sebagaimana generasi sebelumnya;
h)
Adanya
perang salib yang berlangsung selama dua abad, sehngga cukup melelahkan
militer Islam.
‘Ibrah yang dapat kita petik,
diantaranya :
a)
Kita
dapat meneladani pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam
pada masa Bani Abbasiyah yang telah memberikan dampak posiif terhadap kehidupan
umat Islam.
b)
Keterlibatan
para khalifah yang memberikan motivasi kepada para ilmuwan untuk melakukan
kajian ilmiyah dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan,
c)
Bersungguh-sungguh
dalam meraih cita-cita pantang menyerah walaupun banyak hambatan,
d)
Bekerjasama
dan saling menolong sesama umat dalam segala usaha,
e)
Selalu
mengutamakan kepentingan agama,
f)
Hidup
yang optimis, dinamis, inovatif, dan siap menerima kritik konstruktif,
g)
Punya
pandangan hidup lebih baik yang berdasarkan pada norma susila, norma budaya,
norma hukum, dan norma gama.
h)
Berani
berjuang demi nusa, bangsa dan negara,
i)
Adanya
keseimbangan antara sistem pemerintahan dan kekuatan rakyat,
j)
Kemajuan
peradaban dan kebudayaan Bani Abbasiyah dapat menandingi dan mengalahkan
kemajuan peradaban-peradaban sebelumnya,
k)
Secara
menyeluruh, peradaban Bani Abbasiyah baik segi sosial, politik, ekonomi dan
seni budaya mengalami kemajuan yang pesat dan banyak mendapat dukungan dari
rakyat,
l)
Nilai
kesungguhan dan kebersamaan Khalifah dalam memajukan negara untuk kepentingan
umat yang dilandasi dengan keikhlasan para ilmuwan dan ulama perlu diteladani.
Adapun hikmah yang dapat diambil
umat Islam atas peran ulama dan para ilmuwan, antara lain :
1)
Keistikamahan
mereka dalam menegakkan Islam
2)
Para
ulama benar-benar menegakkan dasar dan prinsip : ilmu amaliyah dan amal ilmiah,
ilmu yang diamalkan dan amal yang berdasarkan ilmu,
3)
Keikhlasan
mereka baik jiwa, raga, harta, dan waktu hanya satu, yaitu untuk kemajuan Islam
dan mencari rida Allah SWT.
D.MENELADANI
TOKOH-TOKOH YANG BERPRESTASI PADA PERIODE KLASIK
1. Bani Umayyah
Khalifah
Umar Bin Abdul Aziz sering mengundang para ulama dan fukaha ke istana untuk
mengkaji ilmu dalam berbagai majelis. Ulama-ulama yang muncul pada waktu antara
lain Hasan Al-basri, Ibnu Syihabuddin al-Zuhri, dan Wasil bin Ata’.
Pada
masa pemerintahan Abdul Malik bin Marwan, bahasa Arab digunakan sebagai
bahasa negara. hal itu mendorong
lahirnya seorang bangsawan yang bernama Sibawaih. Ia menulis sebuah buku yang
berisi pokok-pokok kaidah bahasa arab yng berjudul al-kitab yang
terkenal hingga saat ini.
Pada
zaman KhalifahKhalid bin Yazid dan Umar
bin Abdul Aziz pengembangan ilmu pengetahuan mendapat perhatian yang besar,
sehingga pada masa ini tumbuhlah gerakan-gerakan yang berusaha mengembangkan
ilmu pengetahuan., seperti:
a.
Gerakan
pengembangan ilmu agama
b.
Gerakan
kajian ilmu-ilmu hadis
c.
Gerakan
penulisan sejarah
Masjid
dijadikan seb agai pusat pengembangan ilmu pengetahuan, baik ilmu pengetahuan
agama maupun umum. Guru-guru yang mengajar agama di antaranya; Abdullah bin
Abbas, Rabi’ah, Hasan Basri, dan Ja’far As-Sidiq,. Mereka mengajar di berbagai
kota di seluruh negeri.Ubaid bin Syaryah, penulis Kitabul Amsal,secara
garis besar mengelompokkan ilmu pengetahuan menjadi:
Al-Adabul
Hadisah (ilmu-ilmu baru) yang terdiri atas:
1). Al-Ulumul Ilmiah: yaitu
ilmu Al-Quran,hadis,fiki,tarikh, dan geografi.
2). Al-Ulumud dakhliyyah
seperti ilmu kedokteran, filosofi, dan ilmu pasti serta ilmu eksakta lainnya.
3). Al-Adabul Qadimah
(ilmu-ilmu lama) seperti ilmu lugah, syair, khitabah, dan amisal.
2. Bani
Abbasiyah
Pada
zaman pemerintahan Bani Abbasiyah, proses pengalihan ilmu pengetahuan dilakukan
dengan cara penerjemahan berbagai buku karangan
bangsa-bangsa terdahulu, seperti buku-buku karya bangsa Yunani,Romawi,
dan Persia, seta sumber dari berbagai naskah yang ada di kawasan Timur Tengah
dan Afrika seperti Mesopotania da Mesir.
Perkembangan
kebudayaan Islam berjalan seiring dengan penyebaran ajaran Islam. Pada masa
Bani Abbasiyah wilayah pemerintahan Islam meluas sampai ke Spanyol Barat dan
India Timur. Untuk masa beberapa ratus tahun banyak orang-orang non-Islam yanbg
masuk islam karena tertarik dengan kemajuan dan kerapian Islam. Contohnya
adalah Produk Mesir, Suriah, Palestina, Persia, Aljazair, Maroko, Libya,
Tunisia, dan Spanyol.
Beberapa
bangsa yang terarabkan itu banyak yang sudah lupa akan bahasa dan kebudayaan
mereka sendiri. Pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid dan Khalifah al-Makmun,
peradaban islam mencapai masa keemasannya.
Pada
masa pemerintahan Bani Abbasiyyah wilayah-wilayah yang telah mendapat ajaran
islam mengalami kemajuan yang cukup pesat, sementara wilayah lain yang belum
mendapat ajaran islam, peradabannya masis terbelakang. Khalifah Harun Ar-Rasyid
(170-193 H/786-809 M) adalah pendiri perpustakaan pusat di baghdad, Irak.
Dengan kemajuan perpustakaan tersebut pada zaman it, umat Islam telah banyak
melakukan kajian kritis tentang ilmu pengetahuan, sehingga ilmu pengetahuan ,
sehingga ilmu pengetahuan baik aqli (rasional) ataupun naqli
(berdasarkan teks Al-Quran dan hadits) mengalami kemajuan pesat.
Pada
masa pemerintahan khalifah Al-Makmun, buku-buku ilmu pengetahuan dan filsafat
dari berbagai bahasa diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Dengan demikian,
kedudukan bahasa Arab semakin tinggi.
Bahasa
Arab telah digunakan di berbagai bidang menggantikan bahasa Yunani dan Persia.
Bahasa arab digunakan sebagai bahasa administrasi, bahasa ilmu pengetahuan,
filsafat, dan bahasa diplomasi.
Berkembangnya
pendidikan dan ilmu pengetahuan, maka berdidilah lembaga-lembaga pendidikan.
Pada zaman itu muncul tokoh-tokoh ahli yang keteladanannya terus dapat diikuti
hingga masa kini, sperti :
a)
Ilmu
tafsir, tokohnya: Ibnu Jarir ath-Tabari dan as-Suda.
b)
Ilmu
hadis, tokohnya: Imam Bukhori, muslim, Ibnu Majah, Abu Daud, dan an-Nasai.
c)
Ilmu
Tasawuf, tokohnya: Imam Ghazali dan Sihabudin.
d)
Ilmu
fikih, tokohnya: Imam Abu Hanifah, Imam malik, Imam Syafi’i, dan Imam ahmad.
Beberapa sastrawan dan budayawan yang munul pada masa Daulah
Abbasiyyah adalah : Umar Khayam(ilmuwan metematika, astronomi, dan filsafat) ,
az-Zamakhsyari (pakar ilmu bahasa dan kesustraan Arab), Al-Qusyairi dan
Al-kindi.
Daftar Pustaka
1.
Hadi,Nur.2012.Ayo Mengkaji Sejarah
Kebudayaan Islam.Semarang:Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar