MUAMALAH - JUAL BELI
Karena manusia bersifat sosial, maka kita
membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan kita.Salah satu cara untuk
memenuhi kebutuhan itu yaitu melalui jual beli.
A.
Pengertian
dan Hukum Jual Beli
Asal kata jual beli بَاعَ – يَبِيْعُ – بَيْعًا . Berdasarkan tinjauan bahasa artinya memberikan
sesuatu untuk mendapatkan sesuatu atau tukar – menukar sesuatu.
Sedangkan secara istilah, jual beli adalah
kegiatan tukar – menukar suatu barang dengan barang lain atau tukar – menukar
antara barang dengan uang, dengan syarat dan rukun tertentu.
Dibolehkannya kegiatan jual beli ini
berdasarkan kepada dalil – dalil sebagai berikut :
a. Al-quran surat Al-Baqarah/2 ayat 275
وَأَحَلَّ اللَّهُ
الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا
Artinya : Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
b. Al – quran surat An – Nisa/4 ayat 29
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا لا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلا أَنْ تَكُونَ
تِجَارَةً عَنْ تَرَاضٍ مِنْكُمْ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
c. Hadis Nabi SAW
عَنْ
جُمَعِ سُئِلَ النَبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ عَنْ اَفْضَلِ الْكَسْبِ
قَالَ : اَعْمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلٌّ
بَيْعٍ مَبْرُوْرٍ
Artinya : “Dari Juma`i
bin Umar, ia berkata: “Rasulullah
saw pernah
ditanya,”Apakah pekerjaan atau penghasilan
yang paling baik ?
Beliau menjawab “Pekerjaan seseorang dengan tangan
sendiri dan melakukan jual beli yang
baik (bersih)”. ( HR.Ahmad )
Pada prinsipnya hukum jual beli adalah mubah
atau boleh selama tidak bertentangan dengan syara`.Selama jual beli
tersebut dilakukan sesuai dengan aturan Islam maka akan membawa manfaat bagi
kedua belah pihak,yaitu penjual dan pembeli.
B. Rukun Jual Beli
1. Akad (ijab qabul)
Ialah ikatan kata antara penjual dan pembeli.
Jual beli belum dikatakan sah sebelum ijab
dan qabul dilakukan sebab ijab qabul menunjukkan kerelaan (keridhaan).
2. Orang-orang yang
berakad (subjek) yaitu :
a.
bai’ ( penjual )
b.
mustari ( pembeli )
3. Ma’kud ‘alaih ( objek / barang )
4. Ada nilai tukar pengganti barang ( Uang )
C. Syarat
Jual beli
1. Syarat Penjual dan
pembeli
a. Keduanya harus balig
dan mumayyiz
b. Berakal sehat
Firman Allah swt :
وَلا تُؤْتُوا
السُّفَهَاءَ أَمْوَالَكُمُ الَّتِي جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ قِيَامًا
وَارْزُقُوهُمْ فِيهَا وَاكْسُوهُمْ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلامَعْرُوف
Artinya :” Dan
janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta
(mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok
kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan
ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik”. QS.An-Nisa/4 ayat 5
c.
Kedua belah pihak sama-sama rela, tidak terpaksa
2. Syarat Sah Barang yang
diperjualbelikan
a. Barang harus suci dari
najis
b. Ada manfaatnya
Firman Allah Swt :
إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ
كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
Artinya :” Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
setan” QS. Al-Isra ayat 27
c. Milik sendiri
Sabda
Nabi saw yang di riwayatkan oleh Abu Dawud dan Tirmidzi :
عَنْ حَكِيْمُ بْنِ حِزَمْ قَالَ : قَالَ النَّبِيِ صَلَّى ا للهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ : لَا بَيْعَ
إِ لَّا فِيْمًا تمْلِكُ. ( رواه أبوداودوالتر مذي )
Artinya :
Dari Hakim bin Hizam ia berkata : “Rasulullah saw bersabda :Tidak ada
jual beli kecuali pada barang yang dimilikinya.” ( HR.Abu Dawud dan
Tirmidzi )
d. Jelas dan dapat
diketahui kedua belah pihak
e. Barang dapat di
serahterimakan
D. Macam - macam Jual Beli
a) Bai` Muqayyadah /
Barter
Bai` Muqayyadah, artinya jual beli dengan melakukan pertukaran antara
dua barang yang berbeda.
b) Bai` Sarrafah
Bai` Sarrafah, artinya jual beli dengan melakukan pertukaran antara
harga dengan harga.Misalnya, pertukaran emas dengan perak, rupiah dengan
dolar,dll.
c) Bai` Salam / Kredit
Bai` Salam, artinya jual beli barang dengan harga yang disepakati,tetapi
dengan cara meminjamkan.Atau jelasnya, membeli barang dengan cara menangguhkan
pembayaran.Contohnya membeli rumah secara kredit.
d) Bai` Mutiaq / Tunai
Bai` Mutiaq, artinya jual beli yang dilakukan dengan penggaantian antara
barang dengan harga dan dibayarkan tunai.
E. Jual Beli Yang
Terlarang
Jual beli yang terlarang adalah jual beli yang apabila dalam transaksi
tersebut ada pihak yang dirugikan.
Macam – macam jual beli
yang di larang :
1. Jual beli Garar
Artinya, jual beli
barang yang di dalamnya ada unsur ketidakjelasan atau dikhawatirkan terdapat
penipuan. Misalnya jual beli ternak yang masih dalam kandungan.
2. Jual beli system Ijon
Yaitu, jual beli hasil
pertanian/tanaman sebelum dipanen atau belim layak dipanen.Misalnya menjual
mangga saat masih berbunga.
Larangan jual beli ini
sesuai dengan hadis Nabi Saw :
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ ا للهُ عَنْهُمَا اَ نَّ رَسُو
لُ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَ سَلَّمْ :
نَهَى عَنْ بَيْعَ الثَّمَا رِ حَتَّى يَبْدُ وَ
صَلاَ حُهَا.(رواه البخا ري)
Artinya : “Dari Ibnu
Umar, `Rasulullah saw. Telah melarang menjual buah – buahan
sehingga nyata patutnya ( pantas di petik
). (HR.Bukhari)
3. Jual Beli barang yang
bukan milliknya
4. Jual beli barang yang
diharamkan
Dilarang jual beli
terhadap barang – barang yang diharamkan bentuk, jenis, maupun
kegunaannya.Barang – barang tersebut misalnya khamer, ganja, babi, darah, dan
sebagainya.
F. Jual beli yang sah
hukumnya tetapi terlarang
Beberapa jenis jual
beli sebenarnya sah untuk dilakukan, tetapi Islam melarangnya. Larangan jual
beli itu di sebabkan dapat mengecewakan orang lain, mempersempit laju gerak
pasaran atau merusak kepentingan umum.
Contoh jual beli
seperti itu adalah :
1. Membeli barang yang
sudah dibeli orang lain, maksudny barang itu masih dalam
tawaran orang lain atau masih dalam khiyar
yaitu masih dalam pertimbangan orang
lain.
Nabi saw
bersabda dalam sebuah hadis :
لاَ بَيْعُ
بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ. ( رواه مسلم )
Artinya :
“Janganlah membeli salah seorang diantara kamu akan sesuatu yang sudah
dibeli orang lain” ( HR. Muslim )
2. Jual beli dengan cara
menghalang – halangi sehingga para penjual atau pembeli belum mengetahui harga
umum di pasaran.
Nabi saw bersabda dalam
sebuah hadis :
لاَ
تَتَلَقُّوْ ا الرُّ كْبَا نَ ( رواه النسائ )
Artinya :”Janganlah
kamu menghambat orang- orang yang mau ke pasar” (HR An-Nasa`i)
3. Jual beli dengan cara
menimbun barang
Jual beli ini dilarang
dalam agama islam karena dapat merugikan masyarakat yang membutuhkannya.Apabila
barang – barang sudah langka, kemudian dijual dengan harga mahal, sehingga
merusak harga.
Hal ini di kecam oleh
Nabi saw dalam sebuah hadis :
لاَ يَحْتَكِرُ
اِلاَّ خَا طِئٌ. ( رواه مسلم )
Artinya :”Tidak akan
menimbun barang, kecuali orang yang durhaka” ( HR Muslim )
4. Jual beli barang
maksiat
Jual beli barang –
barang maksiat maupun untuk tujuan maksiat sangat ditentang oleh islam.Segala
bentuk kemaksiatan adalah dosa, maka jual beli semacam ini dilarang, meskipun
sebenarnya sah untuk dilakukan.
5. Jual beli pada saat
salat Jumat
Firman Allah swt :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ
يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ
خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Artinya :” Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk
menunaikan
sembahyang pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu
kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih
baik bagimu jika kamu mengetahui.” ( QS Al-Jumu`ah ayat 9 )
6. Jual beli dengan cara
mengecoh
Dilarang jual beli
dengan unsur penipuan, misalnya bagian atas atau permukaan tampak bagus, tetapi
sebenarnya hanya bagian atas saja, sementara dibagian bawah atau dalamnya tidak
sebagus yang diatas.
G. Hikmah Disyariatkannya Jual Beli
1.
Pemenuhan kebutuhan hidup dengan adanya saling
tukar menukar (pengganti)
2. Melapangkan
persoalan kehidupan dan tetapnya alam sehingga bisa meredam
perselisihan, perampokan,
pencurian, pengkhianatan dan penipuan.
3. Menjauhkan dari memakan
/ memiliki harta yang batil
H. Perbadaan Jual Beli Dengan Riba
a.
Jual beli dihalalkan oleh Allah Swt, sedangkan
riba diharamkan.
b.
Dalam aktifitas jual beli, antara untung dan
rugi bergantung kepada kepandaian dan keuletan individu. Sedangkan dalam riba
hanya bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dalam semua aktivitasnya, tidak
membutuhkan kepandaian dan kesungguhan bahkan terjadi kemandegan, penurunan dan
kemalasan.
c.
Dalam jual beli terdapat 2 kemungkinan untung
atau rugi. Sedangkan dalam riba hanya ada untung dan menutup pintu rugi.
d.
Dalam jual beli terjadi tukar menukar yang
bermanfaat bagi kedua belah pihak. Sedangkan riba hanya memberi manfaat untuk
satu pihak saja bahkan saling menzalimi atau merugikan.
mantap artikelnya..
BalasHapuswww.kiostiket.com
makasih :)
Hapus